Friday, October 31, 2008

Parto dan Susi

Parto seorang pemuda desa yang bermimpi bekerja di kota besar. Berkat kerja keras dan doanya selama ini, akhirnya parto pun diterima bekerja sebagai hansip di perumahan elit.
Parto merupakan salah satu hansip teladan di perumahan itu, disaat hansip lain tertidur karena angin malam berhembus. Si parto malah berkeliling perumahan dengan sepeda motornya.

Tubuh yang kekar dan perilakunya yang santun, membuat Parto terkenal di kalangan PRT. Banyak wanita yang ingin sekedar mengobrol atau bahkan berharap menjadi pendamping si Parto.

Susi yang bekerja sebagai suster di salah satu rumah sekaligus primadona di kalangan hansip, mampu menarik perhatian si Parto.

Parto sangat mencintai keberadaan susi. Semua keinginan Susi, Parto berusaha memenuhinya.
Mulai dari pacaran di warung nasi goreng ampe jalan2 ke pasar malam.
Mulai dari membelikan jepit rambut ampe handphone.

Karena parto bener-bener menyayangi Susi segala permintaannya dituruti. Walaupun gaji Parto sebenernya ga terlalu besar untuk memenuhi kebutuhan susi. Seperti rengekan Susi meminta Parto mengganti Hpnya. Karena parto sayang Susi, dibelinya HP baru buat Susi dengan mencicil. Cicilan selama setahun cukup meringankan hidup Parto, dengan menyisihkan Rp 100.000 tiap bulannya Parto bisa membahagiakan Susi dengan HP barunya.

Lewat 6 bulan disaat cicilan HP belum lunas, Susi merengek kembali pada Parto meminta dibelikan kalung emas. Karena Parto sayang Susi, diajakin Susi ke toko emas dibelinya sebuah kalung emas dengan cicilan selama 6 bulan.

Disaat cicilan HP dan emas mau habis, si Susi merengek kembali kepada Parto minta dibelikan DVD buat di kamarnya. Akhirnya karena parto sayang Susi dibelinya tuh DVD dengan cicilan pula yang ramah dikantong.

Setelah 3 bulan Si Susi bertanya kepada Parto.
SUSI ; ”mas Parto, cicilan DVDnya Susi masih lama ya?”
Parto : ”iya Sus, emangnya kenapa?”
Susi : ” masih berapa bulan lagi mas?
Parto : ”klo lancar, yach kira-kira masih 9 bulan lagi.”
Susi : ” wah masih lama ya mas?”
”berarti pacaran ama mas Parto kontraknya masih lama dong.”

Cinta Parto bertahan dengan Susi karena cicilan.


”Cintaku bertahan karena cicilan.”

Thursday, September 4, 2008

Gudang Garam Merah part 2



Akhirnya iklan lanjutan dari Gudang Garam Merah (GGM) beredar juga di TV. Meskipun saya rada telat sie membahas iklan GGM versi kedua, soalnya udah hampir sebulanan iklan itu tayang di TV.

Masih dengan komunikasi yang sama, yaitu mengangkat isu kebersamaan antara anak-anak muda. Saya pun sempat berfikir apakah GGM ingin mencoba menegaskan kembali, bahwa marketnya adalah anak muda yang dinamis dan sangat kental dengan semangat kebersamaannya.
Karena kalau saya perhatikan di masyarakat umum ternyata perokok GGM, adalah orang-orang yang sudah berumur dan memiliki behaviorial yang konservatif.

Saya mencoba menghubungi salah satu teman yang terlibat dalam pembuatan iklan GGM, tenyata saya mendapatkan informasi yang luar biasa. Berangkat dari pemahaman bahwa market GGM adalah orang-orang yang sudah berumur, takutnya pada saat market ini habis. GGM akan kehilangan profitnya, maka dari itu GGM perlu menyasar TA/TM yang lebih muda untuk melebarkan marketnya. Tapi kok kaya Sampoerna Hijau ya? Yach gimana lagi karena menurut hasil riset, kata kunci untuk target market yang lebih muda munculnya Togetherness. Akhirnya TVC GGM dibuat dengan konsep kebersamaan antara anak-anak muda yang fresh dan fun.

Dari situ saya menyimpulkan bahwa sebenarnya agency pun menyadari bahwa konsumen GGM, bukan seperti yang digambarkan pada iklan versi kereta api. Anak muda yang jujur, rendah hati suka menolong. Melainkan orang-orang yang sudah berumur dengan SES C-D.

Seperti kutipan pakar marketing yang terkenal bahwa, : ”kinerja marketing communication hanya membantu membangun image di masyarakat, selebihnya bagaimana masyarakat meng-intrepretasikan-nya.”

Friday, August 1, 2008

Selamat malam kawan.

Teman lama yang tidak pernah terdengar kabarnya tiba-tiba menyapa melalui YM. Hampir 2 tahun saya menunggu kesempatan berbicara lagi dengan dia akhirnya tersampaikan juga. Cewek super sibuk dengan level menager di salah satu bank besar di Indonesia. Sesaat pula pikiran saya terlempar ke beberapa tahun silam, dimana kita selalu berada di tempat dan waktu yang sama. Sepulang kerja mengobrol, ditemani sebungkus rokok dan segelas mocha panas.


Sudah lama kita tidak mengobrol, mulailah dia bercerita tentang kondisinya selama ini. Bercerita tentang pekerjaannya yang cukup menyita waktu, sampai kehidupan pribadinya. Mimpi-mimpi yang ingin dia capai hingga perasaanya bahwa dia seorang cewek yang bodoh, ga bisa begini begitu.
Seorang Manager masih menganggap dirinya tidak bisa apa-apa?


Padahal saya pikir dia memiliki kehidupan ”sempurna” yang di-impikan hampir setiap orang di Indonesia. Hidup mapan dan serba berkecukupan, Apartment dan mobil mewah pun siap mengantar kemana pun dia pergi. Tapi entah kenapa dia merasa dirinya kosong, tidak berguna, dan selalu merasa kurang.


Belakangan baru saya tahu, dia hidup di lingkungan orang-orang pintar dengan segunung ambisinya. Selalu merasa bahwa hidup adalah sebuah pertarungan yang harus dilalui dengan berdarah-darah. Lingkungannya yang memaksa dia untuk bekerja lebih keras, dan menjadi super woman.


Semakin keras dia bekerja, semakin jauh pula dia dengan hatinya. Semakin jauh dia dengan perasaannya sebagai manusia. Hidup tanpa perasaan seperti robot di negeri antah berantah. Kesibukannya membuat dia tidak sempat menikmati kehidupannya sebagai seorang wanita.


Pada satu titik dia merasa tidak punya siapapun untuk berbagi, bercerita dan tertawa. Bukan hanya sekedar teman yang bisa menemani disaat susah, melainkan dia membutuhkan lebih dari teman untuk bisa berbagi kebahagiaannya. Akan sangat menyedihkan disaat dia bahagia, dan dia tidak tahu harus berbagi kepada siapa.


Seorang gadis rapuh yang berusaha tegar dan berusaha menjadi super woman di Ibukota. Mengejar ambisi dengan bekerja dan terus bekerja.
Lingkungan dan waktu telah merenggut hati dan karakternya.


Orang yang sama, tapi bukan dia yang dulu.

Thursday, June 26, 2008

Membagun image perusahaan melalui customer service

Di jaman sekarang ini dimana hampir semua perusahaan mengatakan servis adalah hal yang utama dalam menjalankan bisnisnya. Konsumen ditempatakan di posisi tertinggi, dengan mengatakan konsumen adalah raja jadi harus kita layani dengan hati, dengan senyuman dan sebagainya dah. Pokoknya servis merupakan senjata utama dalam menaklukan konsumen setelah promosi, kata petinggi-petinggi di perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Dipasang juga tuh gede-gede poster empowerment di dalam ruangan kantor, yang menjabarkan bagaimana kita menservis konsumen dengan baik. Tidak hanya poster para pegawai pun dilengkapi dengan aksesoris pin yang disematkan di seragam kantor mereka, dengan contoh tulisan ”anda akan mendapatkan pelayanan yang terbaik dari kami.”
Tiap pagi hari sebelum bekerja mereka dibekali dengan berbagai macam omongan, mulai dari apa itu devinisi servis dan beberapa cerita-cerita orang sukses yang dikarenakan pekerjaannya bagus.

Wah berarti memang servis sudah menjadi salah satu strategi penting perusahaan dalam mempertahankan imagenya sebagai perusahaan yang...........

Beberapa seminar marketing pun mengatakan sekarang era-nya customer centric. Bahwa sekarang semua berpusat di konsumen, bagaimana bisa lebih memahami konsumen bukan hanya terbatas pada produk bagus dan konsumen puas. Beberapa praktisi marketing terkenal pun mulai mengatakan sekarang eranya Human centric, saya kurang paham apa itu maksudnya human centric tapi tingkatannya lebih tinggi dari customer centric. Bahwa mereka (konsumen) ingin dimengerti dan dipahami secara individu atau personal.

Walaupun servis merupakan salah satu strategi dalam membangun image, tapi kenapa ya? Beberapa kali saya bertemu orang (konsumen), banyak komplain dilontarkan terhadap orang-orang di jajaran depan perusahaan (customer service) dikarenakan servis yang kurang memuaskan. Beberapa keluh kesah konsumen terhadap ketidakpuasan mereka terhadap sebuah perusahaan pun dilontarkan di rubrik media cetak.

Timbul pertanyaan besar di kepala saya,

”Aneh ya, tidak tahu product knowledge kok bisa jadi CS?”

”Perusahaan besar kok tidak profesional dalam menjalankan bisnisnya ya?”

”Sebuah perusahaan besar di indonesia tidak bisa men-training karyawannya dengan baik?”


Dalam kasus ini perusahaan tidak bisa disalahkan seratus persen, karena perilaku beberapa karyawannya dijajaran depan. Mungkin perusahaan pun telah membuang uang puluhan juta bahkan ratusan juta, guna men-training dan menciptakan tenaga kerja profesional yang memahami budaya perusahaan.
Tapi siapa yang tahu kondisi emosi tiap-tiap karyawan, bagaimana mereka (karyawan) bisa mempertahankan emosinya jika berhadapan dengan konsumen.

Jadi yang harus diperhatikan adalah, bukan bagaimana men-training karyawan tentang servis yang baik. Bukan rangkaian training yang membosankan dan menjadikan karyawan tertekan. Jika kita melakukan hal tersebut (training) yang kita ciptakan hanya robot-robot pekerja, dan bekerja justru tanpa menggunakan ”hati”. Lah kok bisa?
Jelas, karena yang mereka lakukan hanya service template. Mereka melayani konsumen hanya berdasarkan apa yang mereka dapat waktu training, sehingga tercipta sebuah pola "yang baik" dalam men-servis konsumen.

Yang perlu kita lakukan dan perhatikan adalah, bagaimana kita bisa memberikan pandangan terhadap karyawan tentang servis dengan pendekatan secara emosional.
Yaitu bagaimana menjadi dirimu sendiri dalam melayani orang lain seperti kamu melayani orang yang kamu cintai.

Wednesday, June 11, 2008

Creative = Idea ?

Dulu pada waktu saya kuliah sampai beberapa bulan yang lalu, yang ada di kepala saya tuh seorang art director tuh harus jago ngonsep…. Ide… ngonsep…. Ide lagi…. Ngonsep lagi….. Tapi klo dipikir ulang pemahaman darimana tuh? (dosen atau saya sendiri.)
”pokoknya klo mo jadi art director harus jago ngonsep!”
”kreatif! Dan bisa bikin iklan keren terus menang award.”
Ga peduli ama lainnya dah, strategi dan tetek bengek lainnya.


Pikiran lo SEMPIT Yan!!!

Ternyata konsep yang saya angkat di kasta paling tinggi, ternyata salah kaprah. Konsep waktu itu yang ada kepala saya hanyalah ide... ide... dan ide....
Tapi ide sebagus apapun ga akan berguna, klo ga bisa mempresentasikan ke CD. Atau yang lebih penting adalah bagaimana kita men-Direction ide kita dengan benar.
Nah lo bingung kan?


Akhirnya saya mengambil kesimpulan, rada basi juga sie mungkin tapi gapapalah namanya blog pribadi. (he3x..)
Ternyata ada 5 hal yang harus dimiliki seorang Art director dalam berkarier di bidang advertising.


Creating Direction

Klo menurut pendapat saya yaitu dapat berpikir strategis dan mencerna permasalahan dengan baik menemukan solusi tak tertinggal menjawab permasalahan. Creating Direction bukan hanya untuk mengeluarkan ide-ide yang award wining, tapi bagaimana memecahkan permasalahan dalam memperkuat brand dan sebagainya. Bagaimana pikiran-pikiran strategis tersebut mampu menjawab kebutuhan Brand dan sebagai jembatan komunikasi antara Brand dan konsumen untuk jangka waktu yang lama. (brand building)


Sensitive
Art director yang baik harus peka dengan lingkungan sekitar, mampu melihat sesuatu yang luput dari pandangan manusia normal dan me-rycyle menjadi sesuatu yang cemerlang. Kayanya ga hanya Art director aja deh tapi semua pekerja kreatif.
Hehehehe.


Create more ideas
Idea di atas, saya sebutkan sebagai poin yang terpenting dulunya. Bekal untuk menjadi art director handal, idea harus ngucur terus kaya pancuran air ternyata salah Setiap orang mempunyai ide-ide yang gila. Setiap hari saya membuka adsoftehworld banyak banget print ad yang bagus, mulai dari ide hingga eksekusinya. Tapi disini ide yang bagus bukan yang award wining naik panggung megang metal, tapi ide yang sesuai dengan directionnya. Tentunya dengan pemikiran-pemikiran strategis dalam berkomunikasi terhadap audiencenya.


Crafting
Ini dia nie! Ternyata crafting bukan hanya sekedar seberapa jago kita menggunakan software desain utak-atik sini utak –atik sana. Crafting tuh soal perasaan, seberapa peka kita terhadap pekerjaan kita. Ternyata banyak hal yang harus dimengerti dan dipahami dalam meng-crafting. Intinya seorang Art Director harus tau idenya mo dieksekusi seperti apa agar hasilnya memuaskan.

Untuk pengerjaan sebuah TVC misalnya, Art director harus menguasainya dengan detail. Mulai dari memilih Director yang tepat untuk mengeksekusi storyboardnya. Direction di elemen-elemen seperti property yang akan dugunakan pada saat syuting. Color scheme, editing, hingga jingle nya pun tidak boleh luput dari direction. Karena disini yang akan menentukan hasil dari pekerjaan kita berhari-hari.

Untuk print ad kita harus memahami karakteristik medianya yang statis dan terbatas. Kita pun harus memahami fotografi, symbol, ilustrasi dan tak tertinggal typografi. Typography pun minimal hapal dengan 5 jenis font. Oya satu lagi nie tehnik cetak dan pra cetak pun harus dipahami, banyak bgt yach.

Untuk menjadi Art Director yang handal harus menguasai hal ini (proses), bukan hanya sekedar prinsipnya saja. Itu semua dibungkus dengan sense yang kuat, sehingga art work kita bisa menjadi satu kesatuan yang utuh dan mendukung. Sense dan prinsip kerja bisa dikuasai dengan memperbanyak referensi, tapi untuk dapat mengerti prosesnya cuma bisa dikuasai dengan terjun langsung.

Communicating & Convicing
Klo di point ini mungkin gampangnya seperti ini, saya juga pernah menulis di posting lalu. Percuma punya ide bagus, fresh dan brilian klo kita ga bisa ngomongnya ato meyakinkan ke orang lain bahwa ide kita tuh bagus. Apa hasilnya klo orang lain ga paham ma ide kita, ya udah gososng aja tuh ide tanpa pernah tereksekusi.

Point ini yang akan menentukan karier kamu ke depannya, kalau kamu mampu meyakinkan klo ide kamu tuh brilian. Ada tiga kategori klo ingin menjadi personal yang dilirik, diperhatikan dan didengar oleh orang lain. Yaitu MAVEN, SALES, CONNECTOR klo pengen penjelasan lebih lanjut di posting lainnya ya.

Saya jadi inget dengan teman waktu kuliah dulu, dia orang yang cukup dibilang biasa-biasa saja dari segi kreatifitas. Namun kenapa setiap dia cerita atau ngebanyol dia menjadi pusat perhatian, cerita yang tidak lucu menjadi sangat lucu dan layak ditertawakan. Ide yang basi menjadi brilian di mata dosen klo dia yang presentasiin. (emang tuhan maha adil)


Ternyata banyak hal yang masih harus saya pelajari. Semoga berguna nie sharingnya.
Maaf klo ngaco dan kurang berkenan.

Selamat malam

Tuesday, June 10, 2008

be a creative person


Akhir-akhir ini ada beberapa pikiran yang menganggu otak, motivasi dan persepsi tentang pekerjaan kreatif yang saya tekuni ini. Beberapa kali saya berbicara dengan beberapa insan kreatif, mulai dari level mahasiswa sampai level praktisi yang sudah senior banget. Mulai dari yang baru mengenal dunia kreatif, ampe yang dah mo muntah-muntah karena tiap hari 90% waktunya abis di depan komputer.

Mereka meyakini bahwa dalam berkarya mereka harus mengeluarkan ide yang fresh dan original. Kayanya originalitas adalah sebuah etika yang harus dijunjung tinggi di dunia kreatif oleh para pekerjanya. Mereka digaji gede untuk mencari ide komunikasi yang fresh dan out of the box. Tapi apa kenyataannya? terkadang mereka pun terjebak dengan budaya archive dan iklan-iklan pemenang award lainnya. Akhirnya mereka menarik kesimpulan bahwa :

"Iklan yang keren tuh, iklan yang visualnya kuat trus copy kecil dipojok kanan bawah dan produk di sebelahnya copy."
"Klo mo menang award berarti iklan kamu tuh visualnya harus kuat klo bisa ga pake copy sama sekali."
"Iklan yang bagus tuh yang kaya iklannya thailand."

Hah, kata siapa tuh? kok jadi ada polanya gini klo mo bikin iklan.
Kayanya dengan budaya membuka archive kita tanpa sadar memiliki creative template dalam diri kita pada saat membuat iklan.

Pernah sekali waktu saya berbicara dengan seorang praktisi periklanan senior, beliau mengatakan bahwa dalam berkarya kita tidak boleh mencontek dan harus original idenya. Secara dia praktisi jadi saya yang masih bodoh ini meng-iya-kan dan meng-amin-i apa yang beliau katakan. Tapi di lain kesempatan saya bertemu dia, dan kita terlibat pembicaraan mengenai iklan yang diproduksi oleh negara tetangga thailand sebut saja.

Praktisi : "iklan-iklan thailand tuh keren-keren yach? pesannya tuh ngena banget buat gw"
Keparat : "iya klo ga keren ga mungkin menang award!"
Praktisi : "mustinya orang kita tuh klo bikin iklan kaya orang thailand tuh, biar kita bisa menang banyak award."
Keparat : "emang harus kaya thailand ya buat menang award?" (dengan nada bego)
Praktisi : "jelas lah lu bego atau apa? buktinya iklan thailand diakui di dunia internasional."
"makanya klo lo mi bikin iklan ikutin gaya iklan thailand aja."
Keparat : "hah.............."

Kemaren bilang ga boleh nyontek kok sekarang malah disuruh mlototin iklan thailand.
piye toh mas iki?
Apa iklan yang bagus tuh yang kaya thailand ya?

Kayanya hari gini, mencari sesuatu yang fresh dan original tuh gampang-gampang susah ya. Liat aja adsoftheworld.com yang updatenya aja harian, dan ada ratusan iklan tiap harinya. Bukan hal yang tidak mungkin satu dua bahkan beberapa iklan mirip banget dari segi ide atau eksekusinya. Bahkan di beberapa festival periklanan tingkat internasional pun tidak luput dari plagiatisme. Saya jadi inget beberapa tahun silam ada print ad dari Brand Tamiya yang cukup fenomenal dari segi ide dan crafting-nya, ternyata tahun depannya klo ngga salah ide tersebut dipake oleh Brand perekat dengan gaya eksekusi yang sama persis. Klo ga salah juga materi print ad tersebut masuk di jajaran finalis.

Pernah saya browsing dan menemukan alamat website yang membahas tentang iklan-iklan yang mirip mulai dari ide hingga eksekusinya. Gila sebagian besar iklan tersebut diambil dari archive festival iklan internasional, mulai dari finalis hingga pemenang metal. Iklan tersebut terkadang mirip banget sampai-sampai hanya brand yang terpampang yang membedakannya. Itu iklan yang terdeteksi di level internasional, bagaimana dengan karya-karya mahasiswa periklanan yang tidak terdeteksi secara nasional maupun internasional.

Bukan hal yang tidak mungkin juga, jika ternyata ide yang kita anggap fresh dan original buat brand tertentu. Dibelahan bumi lainnya juga sedang dibicarakan dan diperbincangkan dengan brand yang lain pula.
Saya jadi agak pesimis dengan kata orang, yang mengatakan ide kita harus fresh dan original. Dari penilaian siapa nie ide itu fresh dan original?

Jadi inget pembahasan di cakram tentang corporate culture Wieden + Kennedy, pernah menghire orang yang tidak tahu menahu tentang dunia periklanan sama sekali. Orang yang polos dan selalu bertanya tentang dunia periklanan, dan mungkin klo dibandingin ama anak kuliah advertising dia kalah jauh dari segi pengetahuan tentang advertising. Namun kenyataannya orang tersebut malah mampu mengeluarkan ide-ide yang brilian, original bahkan kena banget ke segmennya. Tony Davidson selalu berkata walk in stupid, yang tidak kalah fenomenal adalah ucapan Tony tentang Hire people who have never worked in advertising.

Mungkin ini omongan basi, tapi menurut kesimpulan saya sendiri dan rada sok tahu.
Menurut saya seorang pekerja kreatif tuh harus :
1. Sensitive
2. Honest
3. Idea is must
4. Detail oriented
5. Open minded
6. Have a dream
7. Stay Foolish
kayanya itu deh poin-poinnya

Bukannya dibanding-bandingin iklan Eropa, Thailand dan India
"klo bikin iklan tuh yang kaya Thailand tuh, yang kaya India juga oke."
"Atau kaya iklan ini nie kaya iklan itu tuh."

"Bukan meniru iklan yang seperti apa? Tapi bagaimana kita mengangkat sesuatu yang sangat lokal tanpa mengabaikan pendekatan manusiawi."

mo didengerin sukur ga mau ya sudah kan terserah saya yang nulis.



Friday, June 6, 2008

GOOD 50X70


Di sela-sela kerjaan yang makin bikin kepala pusing, tiba-tiba datang aja nie ajakan bikin print ad buat ikutan lomba di taraf internasional. Dengan waktu brainstorm yang mepet banget buat ngejar entry, akhirnya bersama partner saya As. Sudimariati (copywriter) jadi juga nie print ad-nya. lumayanlah buat refresh-in otak dari kerjaan kantor.

Wednesday, June 4, 2008

gudang garam merah ganti personality?

Semalam saya menyaksikan TVC Rokok dari sebuah Brand besar sebut aja Gudang Garam. Entah kenapa pada saat melihat TVC tersebut, perasaan saya mengatakan "wah iklan Sampoerna Hijau nie."

Dari tone and manner-nya yang sangat kuat mengangkat kebersamaan, joke serta obrolan ringan yang diangkat. Semakin menguatkan image bahwa ini iklan sampoerna Hijau. Tapi di akhir iklan saya sangat terkejut sekali dengan logo Brand yang ditampilkan , YUP! Logo Gudang Garam merah dan jingglenya pun menjadi penutup iklan dengan durasi 30 detik.

Antara yakin dan tidak saya berusaha menelaah kembali, apa yang membuat Gudang Garam mengeluarkan TVC dengan tone and manner seperti itu? Strategi apa yang dipikirkan para Brand Manager serta Creativenya dengan mengganti cara berkomunikasinya?
Atau hanya rejuvenate dari Brand Gudang Garam Merah saja, atau ada kepentingan lain.

Klo saya perhatikan iklan Gudang Garam Merah terdahulu, yang mengangkat sosok laki-laki low profile, jujur dan suka membantu. (menolong nenek yang tidak mendapat tempat duduk)
Dan di Akhir TVC di perkuat dengan copy "buktikan merahmu", semakin memperlihatkan positioning dari Gudang Garam Merah adalah rokok bagi orang yang senantiasa selalu jujur, rendah hati dan suka menolong.

Namun di TVC yang baru ini, "buktikan merahmu" lebih ditekankan pada jangan "mengingkari janji yang telah kaubuat" dengan tone sedikit fun. Buktikan merahmu dengan menggunduli rambut "indah"mu.

Mungkin benar TVC ini akan menimbulkan respon yang membuat penonton refleks tertawa. Tapi mungkin sebagian orang perokok Gudang Garam merah, akan bertanya kemana personality Brand-nya yang jujur, rendah hati dan suka menolong.

ini hanya pemikiran saya lho, belum tentu benar saya kan hanya mereka-reka.
sori di youtube belom ada jadi belom bisa menampilkan di Blog.

Thursday, May 29, 2008

jakarta oh jakarta

Jam tangan menunjukkan pukul 08.00, dengan menggunakan bis kujelajahi jalanan di Ibukota. Perjalanan yang memakan waktu sejam, membuat saya puas melihat pemandangan gedung bertingat di luar jendela.

Gedung bertingkat terlihat megah dari atas tol, pemandangan yang kontras pun tampak di bawah jembatan tol. Perumahan liar yang tidak layak huni begitu mendominasi, berdiri dengan papan kayu dan tidak jelas bentuknya. Keluarga-keluarga miskin pun hidup didalamnya. Jangankan bermimpi tentang membeli beras, (barang mahal itu?) makan apa besok saja mereka tidak berani memimpikan. Saluran air bersih pun tidak tampak dimanapun, hanya mengandalkan air kali yang berwarna kecoklatan terkena limbah pabrik (Oh... tolong.... berikan mereka sedikit harapan hidup agar bisa bermimpi.)


revolusibudaya.wordpress.com

Blok M akhirnya perjalanan selama sejam berakhir. Tapi apakah pemandangan yang tidak menyedapkan akan ikut berakhir? Tidak kayanya. Gambaran kehidupan masyarakat Jakarta yang kurang beruntung akan selalu terlihat di pinggiran, di tengah kota bahkan di sela-sela gedung perkantoran yang megah. Pemandangan yang bikin dada sesak serta emosi jiwa. Rasanya ingin memaki (jancok...) semua orang yang meributkan tentang hal-hal ga penting, ribut tentang jalanan yang macet hingga pakaian yang tidak pas dipakai ke kantor.

Di satu sisi saya melihat pemandangan pekerja kantoran. Berangkat bekerja dengan menggunakan mobil, motor, busway bahkan angkutan kota. Kondisi jalanan yang macet membuat mereka menyetir dengan cara yang out of the box. (ugal-ugalan) Cara menyetir ugal-ugalan kayanya sudah menjadi pemandangan yang biasa terjadi di jalanan kota Jakarta.


astradewi.files.wordpress.com

Beberapa pekerja kantoran pun turun dari angkutan kota, segeralah trotoar di pinggiran jalan Sudirman menjadi penuh sesak. Pekerja kantoran yang berjalan dengan cepat, tampak beberapa dari mereka bahkan berlarian memasuki gedung perkantoran yang megah dan menjulang. Tidak cukup hanya berlari masuk ke dalam gedung, mereka pun berebut masuk ke dalam lift. Itupun kadang ga tendeng aling-aling udah jelas ada wanita dan orang tua, ga tau istilah ladies firts tuh orang-orang ya? (apa saya yang kolot?)

Di seberang jalan saya melihat sekumpulan mahasiswa berteriak-teriak menuntut turunnya harga BBM. Tak jarang mereka memaki, melempar bahkan membakar ban bekas. Mobil dan se-pasukan polisi pun terlihat, bentrokan antara mahasiswa dan polisi pun tak terhindarkan. Menambah keruwetan jalanan di Jakarta yang semakin menggila.

Haripun menginjak siang.
Oh sudah waktunya jam makan s
iang?, jalan pun kembali dipenuhi kendaraan yang berlomba-lomba keluar dari gedung perkantoran. Beberapa orang perlente dengan setelan jas dan beberapa wanita cantik, tampak mulai memenuhi restoran, kedai kopi ala barat hingga warteg di kaki-kaki gedung perkantoran. Makan siang pun kayanya ga bisa tenang ya orang-orang ini?

Tak terasa telah berjalan seharian, jam menunjukkan pukul 16.30 dimana biasanya para pekerja kantoran mulai terlihat mengantri angkutan umum. Bis kota, metromini, busway dan shelter-shelter-nya pun mulai penuh sesak didominasi oleh pekerja kantoran.


www.panyingkul.com

Kendaraan-kendaraan mewah pun mulai keluar dari sarangnya dan memenuhi setiap sudut jalan Jakarta. Semakin cepat mereka keluar gedung semakin cepat pula mereka mengisi ruang-ruang kosong di jalanan yang mulai merebak macet. Lampu-lampu kota menyala menyambut para pengguna jalan, menambah meriah suasana jalan kota Jakarta.

gallery.thestar.com

Sebagian mereka lebih memilih menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di mall, entah sekedar nongkrong di kafe, makan malam atau bahkan menyelesaikan pekerjaan untuk besoknya. Menunggu reda badai di seluruh jalan raya kota Jakarta.
Hari semakin malam, jalan pun mulai surut dengan kesibukan para pengguna jalan.

Dari pengalaman seharian akhirnya saya paham kenapa banyak orang stress tinggal di ibukota.

Lingkungan yang keras menuntut mereka berusaha lebih keras dari yang seharusnya, sudah tidak terasa jiwa (perasaan) manusiawi dalam menikmati hidup di tengah rimba gedung bertingkat.
Hanya robot yang terjebak di dalam rutinitas keseharian


gettyimages.com

Selamat malam Jakarta!


Friday, May 16, 2008

aku pulang...

photo by : freakysme

Aku tidak bisa berbuat banyak untukmu,
hanya meng-abadikan secuil dari keindahanmu.
kuharap dengan ini,
kamu bisa berdiri tegap kembali seperti dulu.

Wednesday, May 14, 2008

Jam yang tak berdetak


Lari jauh-jauh dari beban, pikiran kehidupan kota yang menyesakkan tentunya. Terkadang berpikir untuk hidup tentram bersama ikan, karang laut, rumput laut malah mungkin palung laut.

Kamu seorang pengecut!!!
Mau lari dari masalah? (kata sebagian orang)
Ngga kok terkadang manusia perlu melepaskan kehidupannya sejenak.

Re-framing kembali dirinya, melihat hidup dari sudut pandang yang baru ato berbeda sama sekali. Dengan begitu kita akan merasa sebagai pribadi yang utuh seperti dilahirkan kembali.

Seperti vokalis salah satu band ternama dari luar negeri, yang melarikan diri ke sumatra beberapa tahun silam untuk mengembalikan "aura" kehidupannya.

Kemanakah kamu akan pergi dan bersembunyi dari dunia ini?
Dimana lagi kamu mencari sebagian dirimu yang hilang?

Monday, May 12, 2008

Glen Hansard & Marketa Irglova



Falling Slowly

I don't know you
But I want you
All the more for that
Words fall through me
And always fool me
And I can't react
And games that never amount
To more than they're meant
Will play themselves out

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice you have a choice
You've made it now

Falling slowly, eyes that know me
And I can't go back
Moods that take me and erase me
And I'm painted black
You have suffered enough
And warred with yourself
It's time that you won

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice you have a choice
You've made it now

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice you have a choice
You've made it now
Falling slowly sing your melody
I'll sing along.

Ost. Once
best original song

Wednesday, April 30, 2008

Kedai jamu Bu Heni


Nongkrong di tempat orang jual jamu cicip sini cicip sana, perut ampe mules kena jamu mulu. Dari yang tidak mengenal jamu sama sekali jadi tau fungsi, rasa, ampe harganya jamu. (pahit.... man rasanya)

Berhari-hari nongkrong tempat orang jual jamu, mengharapkan insight yang terlontar dari para pedagang dan pembeli.

Akhirnya saya melihat pemandangan, serta ucapan diluar dugaan yang selama ini hanya saya denger sebatas brief dan obrolan pekerja kantor lainnya. Menurut klien saya, produknya merupakan kelas premium dengan harga tiiitttt (sensor) dan TA / TM-nya orang-orang kelas B+ - C. Tapi kenyataan di lapangan berbeda sekali dengan yang diutarakan klien, (tapi selalu seperti itukan) pembeli potensial justru berasal dari kalangan CD (terutama wanita). Di situasi seperti sekarang yang semua-semua mahal, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka kelabakan. Tapi mereka mampu merogoh kocek sebesar Rp 50.000 – Rp 100.000 untuk membeli produk jamu, (beberapa produk) yang masa konsumsinya satu bulan. (jamu khusus wanita) Harga yang sangat tinggi untuk dibayarkan mengingat dia (wanita) di kalangan CD.

Sewaktu saya tanya,

Keparat : ”beli jamunya rutin bu?”

Ibu : ”iya, biasanya saya beli sebulan sekali.” (dengan lantangnya menjawab)

Keparat : ”ga mahal tuh bu beli jamu harga segitu?”

Ibu : ”Namanya juga kebutuhan mas.”
”wanita kan biayanya mahal.”

Si Ibu dengan umur sekitar 35 thn dengan pekerjaan berjualan gorengan di pasar, dan suami yang bekerja sebagai sopir truk. Sangat loyal dalam mengkonsumsi jamu dengan harga yang relatif mahal. Hmmm... insight yang menarik.

”Dia mengkonsumsi merek produk yang sama ?”
Tidak juga dia mengkonsumsi jamu dengan merek yang berbeda, tergantung anjuran tukang jamu. (disini tukang jual jamu udah kaya dokter dengan peralatannya)

Di satu sisi saya melihat kenyataan yang cukup mencengangkanm, dari 7 orang yang datang (cewek-cowok) hanya 2 orang yang langsung menyebutkan merek itupun dengan merek jamu yang cukup dominan. Sisanya tergantung anjuran ”dokter”nya. Kebanyakan mereka datang dan mengatakan keluhan yang mereka alami, selanjutnya serahkan pada ”dokter”nya. (survei ngaasal ngga kaya AC nielsen lho...)

Budget milyaran rupiah yang digelontorkan guna membangun image positif merek terhadap masyarakat, tidak berguna di level Find&Buy. Pada saat itulah peranan ”dokter” berpengaruh dalam membangun image serta penjualan produk.

Bagaimana kita dapat menyampaikan message produk? bila kita tidak dapat menjaga hubungan baik dengan Agen, Penjual (jamu gendong, jamu dorong, warung jamu) dan pembeli.

Terkadang kita lupa tidak semuanya permasalahan yang dialami sebuah merek, harus di selesaikan dengan bikin TVC, Billboard, dan sebagainya. Banyak cara yang lebih-lebih tradisional (bukan media tradisional lho) dalam ”menyapa” market lebih ramah.

Thursday, April 24, 2008

Message has been sent!

2 minggu telah berlalu, semenjak posting dari bapak hermawan yang membahas tentang strategi pemasaran sebuah produk di milis kantor.

Pembahasan yang menarik tentang brand mie instant. Strategi perusahaan dalam menjaga kelangsungan bisnis termasuk menjaga loyalitas pelanggannya. Berbagai macam sudut pandang, masukan, serta analisa diutarakan oleh temen-temen dikantor. Tanggapan yang luar biasa pada postingan yang ringan.

Hari demi hari posting demi posting, pembahasannya mulai melenceng jauh dari thread awal. Postingan dengan tulisan sinis memenuhi inbox setiap harinya, nada-nada ketidakpuasan sebagian besar pekerja terhadap kebijakan internal. Mulai dari penyindiran hingga omongan yang lugas, tegas tanpa basa-basi. Sindiran angkringan hingga metafora sepak bola, yang ujung-ujungnya membahas tentang kebijakan yang dijalani dan diamini selama ini. Obrolan tentang sesuatu yang ideal, ”Ideal menurut sapa nie?” kata salah satu temen saya.
Ideal dalam menjalankan bisnis ini serta sistem kerjanya.


”mau apa ngga?”
”lebih baik! atau begini-begini saja?”
Salah satu tulisan dari temen saya, sepele namun cukup menjadi perhatian banyak orang di kantor. Statement cukup keras diutarakan oleh barisan keparat di forum jam goblok.
Selama dua minggu ”kita” yang disebut pekerja ”kreatif”, bekerja di perusahaan ”kreatif”. Berbicara tentang apa itu ”kreatif” dan bagaimana ”kreatif” itu bekerja, mana yang ideal mana yang tidak.


”Kesannya kok tolol banget yach?”

Postingan yang tanpa sengaja mengarahkan kita pada perspektif baru terhadap perusahaan, ide baru dan segar tentang industri yang kita jalani dan cintai ini.


Tidak ada yang ideal di bisnis manapun di dunia ini.
Ideal atau tidaknya menurut sebagian orang, belum tentu ideal bagi orang lain.
Yang ada cuma satu kata ”cukup”.

Tulisan ini didedikasikan kepada keparat-keparat yang tidak kunjung lelah membawa perubahan untuk menjadi lebih baik. (bukan sesuatu yang ideal)

Monday, April 21, 2008

tidak ada salahnya mengenang masa lalu


Pegawai kantoran di tengah kesibukan jam-jam kerja, deadline yang menumpuk dan pekerjaan yang tak kunjung selesai. Membuat dia (laki-laki) semakin tertekan, suara grundelan-grundelan yang tenggelam karena hentakan keyboard computer. Detakan jam dinding yang setiap detiknya bergeser. Keresahan hatinya menginginkan jam tersebut berhenti. Teng..teng..teng jam berdentang menunjukkan jam 11 siang, deadline jam 1 siang pun membuat dia semakin stress. Pekerjaan tersebut terselesaikan baru 20%.


Argh………………….


Teriakannya memecah keheningan kantor, dibarengi semburan dokumen pekerjaan menghambur keatas. Dilepaskannya semua beban di otaknya serasa tak mau lagi menampung beban pekerjaan. Diambilnya sebungkus kue ringan dilaci mejanya, disobeknya bungkusan tersebut dan dijumputnya sepotong kue kecil ditangannya.

Dengan tampang pasrahnya menghadap kue tersebut, memperlihatkan seolah-olah kue tersebut memahami tekanan yang dihadapinya seharian. Digigit kue itu secuil, rasa yang luar biasa menyeruak ke seluruh tubuhnya. Semakin dalam dia merasakannya, semakin teringat pula dia dengan rasa yang pernah dia rasakan pada saat dia kecil. Sebuah adegan yang pernah dialaminya, pada saat berumur 7 tahun berkejar-kejaran bersama sang ayah dikebun rumah. Rumah kecil yang tidak terlalu mewah, tapi mencerminkan keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Suara lembut memanggil mereka masuk, dan berkumpul bersama di ruang keluarga. Ditemani secangkir teh dan hidangan kue yang telah lama dikonsumsi keluarga tersebut.

Kenangan indah hadir di setiap gigitannya.

Thursday, April 17, 2008

save the water


Berangkat dari hobby negatif dikantor, yang sempet bikin resah sebagian warga kantor. Yaitu ritual minum BEER di kantor, yang setahun ini baru merebak di kalangan pekerja kantor kami. Denger dari pekerja kantor senior, konon dahulu dilarang meminum minuman keras di kantor apalagi pada jam-jam kerja. (jadi klo diluar kantor boleh kaya SMA aja ya)

Berhubung ada generasi pendobrak, yang bikin kepala bos puyeng. Peraturan tentang dilarang minum minuman keras di kantor jadi luntur, dan mulailah para keparat-keparat beraksi meminum BEER di jam kerja.

Munculah gerakan save the water versi keparat.

Wednesday, April 16, 2008

manusia bukan manequin


Kemaren seorang teman bertanya, “Seneng banget sie pake NIKE?.” Dengan tampang antusias menunggu jawaban keluar dari mulut saya.

Sejenak bingung juga jawabnya gimana, akhirnya terlontar peryataan yang rada ngaco alias ngasal.

Freakysm : ”Hmm, kenapa ya? abis modelnya keren sie.”
Prend : ”Klo cari model, adidas juga keren.”
Freakysm : ”Ngga ah masih keren Nike!”
Prend : ”Modelnya puma ato rebook oke juga tuh yang baru.”
Freakysm : ”Ngga ah biasa aja kali.”
Prend : ”Benernya lu cari modelnya ato cari Nike-nya sie?”
”Jangan-jangan sepatu lokal di-labelin Nike lu sikat lagi?”
”Ato klo lo ga pake Nike jangan-jangan panuan?”

Bingung dua kali nie kena pertanyaan kaya gitu.

Ada juga nie lontaran ngaco dari temen yang tanpa sengaja mendengarkan obrolan antara Nike dan sepatu lain.

Prend : ”klo bukan pemain nasional mending pake sepatu yang kaya gitu aja (sembari nunjuk ke sepatu temen), jgn pake kaya punya ian.”
Njrit, nusuk banget!!!

Akhirnya perdebatan terhenti tanpa jawaban yang memuaskan khususnya buat temen saya. (he2x.. maafkan)

Tak jarang saya mengobrol dengan orang, bagaimana sebuah brand ato branding tuh bekerja. Banyak obrolan mengenai branding dan teori-teorinya yang bikin sakit kepala. Buku-buku komunikasi yang berusaha menjelaskan proses brand tersebut merasuki otak dan mempengaruhi pikiran. Buku tersebut dikeluarkan guna mencari celah untuk suatu pembahasan yang lebih masuk akal. Tiap buku dan praktisi hadir dengan teori dan pendapatnya masing-masing.

Tetapi buat saya pribadi proses branding yang sukses tuh.

”Bagaimana membuat orang tidak punya alasan yang masuk akal, untuk terus menggunakan dan merefrensikan produk tersebut terhadap orang lain atau bahkan membelanya.”

Dan jadilah iklan berjalan.

”People everywhere are wanting to embrace emotion.”

Tuesday, April 8, 2008

Sketsa hidup pekerja kreatif.

Pertemuan dengan teman lama, memang suatu hal yang menyenangkan. obrolan-obrolan ringan hinga becandaan yang hanya dimengerti oleh kita. Obrolan tentang design, iklan ampe obrolan tentang Roy Suryo. Pada saat obrolan berlanjut ke masalah pekerjaan terlontar deh beberapa omongan dengan nada berkeluh.


”Gila aja masa disuruh bikin Print ad tapi ga ada sharing partnernya.”

”Waduh AEnya payah nie masa ga bisa gali keinginan klien.”

”Masa gw disuruh nyari-nyari property buat syuting, emang ga tau ya klo gw lagi sibuk.”

Jadi inget jaman kuliah dulu yang semuanya dikerjain sendiri, apa-apa sendirian. Mulai dari brainstorm ide strategy dan sebagainya, corat-coret kertas ampe berlembar-lembar.

Brainstrom mulai dari jam 7 malem ampe jam 10 pagi. (huebat tenan mas iki) Asbak yang bolak balik udah dibuangin karena penuh puntung rokok.

Belum lagi klo ide dah nemu mikirin gmn layoutnya? gmn copynya? Trus belum yang mikirin ntar eksekusinya gmn yach?.

”Waduh storyboard-nya belum nie.”

property syuting nyari dimana ya?.”

Sampai mikirin jingglenya kaya gmn yach?

Klo dipikir ulang kerjaan satu agency dengan beberapa otak. Dihajar oleh satu otak dan satu tenaga klo orang sekarang nyebutnya one man show.

”Kena typus masih untung tuh daripada kena liver.”

Obrolan teman yang sering keluar pada waktu kuliah.

Sekarang saya duduk di meja sebuah agency, dengan semua fasilitas yang tersedia. Fasilitas-fasilitas tersebut membuat saya semakin manja. Membuat print ad klo copywriter lagi ga ada males!, bikin materi promosi lainnya klo materi belum lengkap ngedumel ke AE. Kadang malah ngerasa ini ga mungkin klo di kerjain sendirian.

Beberapa pikiran egois dan kemanjaan membuat saya, melompat mundur ke beberapa tahun lalu. Dimana saya berdiri sebagai individu, yang semuanya saya kerjakan sendirian. Nostalgia tentang kuliah membuat saya bangkit untuk tidak terlalu tergantung sama orang lain. Freelance salah satu pilihan saya untuk meyeimbangkan hidup, antara pekerjaan kantor yang monoton dengan kehidupan sebagai pekerja kreatif yang idealis.

Di satu sisi saya tersadar, masih banyak orang-orang yang kurang beruntung di dunia ini. Tak terkecuali teman-teman di lingkungan saya pun banyak yang meminta direfrensikan ke agency.

Jalani hidupmu lebih baik dengan bersyukur.

Thursday, April 3, 2008

Perenungan seorang keparat tentang industri kreatif

Ide,
kreatif,
Brainstorm,
Consumer insight,

Beberapa kata-kata sakral yang sering diucapkan para pekerja di dunia advertising, Graphic House, dan beberapa industri kreatif lainnya. Tanpa sadar kata-kata tersebut telah dimiki, dan hanya boleh diucapkan para pekerja di industri kreatif. (semoga saya salah)

Sedikit-sedikit ngomong,
"wah gila kreatif banget idenya."
"wah iklan itu idenya gila ya."
"Gmn ya waktu brainstormnya kok bisa ngeluarin ide kaya gitu."

Jadi ingat omongan teman, yang berada di luar industri kreatif.
"Emang hanya industri periklanan (masih banyak industri kreatif lainnya) ya yang boleh menyandang gelar kreatif ?" (maaf klo rada sinis)

Omongan yang ringan, tapi lumayan membuat saya berpikir, berpikir dan berpikir lagi. Hingga muncul di pertanyaan di kepala saya,
"Sebesar apa sie industri kreatif itu ?"
"Sebesar apa peran Industri kreatif dalam, sebut saja membangun brand ?"

Padahal klo kita telusuri industri kreatif yang kita cintai ini (periklanan, graphic design, PH, dan sebagainya), hanya 1/16 dari rangkaian marketing mix. (koreksi apabila saya salah)
Banyak ide-ide kreatif dengan kapasitas lebih besar dan out of the box, (satu lagi kata sakral pekerja kreatif) di level yang lebih tinggi dalam jajaran marketing mix tidak hanya di level komukasi pemasaran.

Seperti kita lihat seorang presiden direktur dalam mempertahankan laju bisnisnya.
Klo kita ambil contoh, bagaimana keluarga Sampoerna bisa sangat sukses dengan mendirikan pabrik rokok dan membangun merek-merek rokok yang terkenal di Indonesia.

Dengan semakin menyadari positioning (lagi-lagi kata yang terkenal itu) sebagai seorang pekerja kreatif. Terkadang kita terlalu arogan merasa kita-lah yang paling benar, kita-lah yang paling tau dan sebagainya.

Apakah benar seperti itu keadaannya?
kayanya sebuah pertanyaan yang tidak perlu di jawab, namun perlu di renungi dimana posisi kita sebenarnya sebagai pekerja kreatif.

Wednesday, April 2, 2008

akhirnya....

Sesuai dengan judul di atas.....

Akhirnya blog ini jadi juga kebikin, walaupun dengan banyak pertimbangan. Bingung mo pake apaan, mo pake multiply, myspace, ato blog di FS aja cukup. Tapi setelah ditimbang-timbang, blogspot.com yang memenangkan hati saya (selamat ya). Bagaimanapun juga apapun yang saya pake, cuma jadi media corat-coret catatan kecil saya.

Kebanyakan mikir malah ga jadi-jadi, kaya kata orang bijak pikiran racun bagi otak. (hehehehe... bener ga ya?)

Yach, semoga dengan adanya blog ini catatan dan coretannya semakin banyak.