Teman lama yang tidak pernah terdengar kabarnya tiba-tiba menyapa melalui YM. Hampir 2 tahun saya menunggu kesempatan berbicara lagi dengan dia akhirnya tersampaikan juga. Cewek super sibuk dengan level menager di salah satu bank besar di Indonesia. Sesaat pula pikiran saya terlempar ke beberapa tahun silam, dimana kita selalu berada di tempat dan waktu yang sama. Sepulang kerja mengobrol, ditemani sebungkus rokok dan segelas mocha panas.
Seorang Manager masih menganggap dirinya tidak bisa apa-apa?
Padahal saya pikir dia memiliki kehidupan ”sempurna” yang di-impikan hampir setiap orang di Indonesia. Hidup mapan dan serba berkecukupan, Apartment dan mobil mewah pun siap mengantar kemana pun dia pergi. Tapi entah kenapa dia merasa dirinya kosong, tidak berguna, dan selalu merasa kurang.
Belakangan baru saya tahu, dia hidup di lingkungan orang-orang pintar dengan segunung ambisinya. Selalu merasa bahwa hidup adalah sebuah pertarungan yang harus dilalui dengan berdarah-darah. Lingkungannya yang memaksa dia untuk bekerja lebih keras, dan menjadi super woman.
Semakin keras dia bekerja, semakin jauh pula dia dengan hatinya. Semakin jauh dia dengan perasaannya sebagai manusia. Hidup tanpa perasaan seperti robot di negeri antah berantah. Kesibukannya membuat dia tidak sempat menikmati kehidupannya sebagai seorang wanita.
Pada satu titik dia merasa tidak punya siapapun untuk berbagi, bercerita dan tertawa. Bukan hanya sekedar teman yang bisa menemani disaat susah, melainkan dia membutuhkan lebih dari teman untuk bisa berbagi kebahagiaannya. Akan sangat menyedihkan disaat dia bahagia, dan dia tidak tahu harus berbagi kepada siapa.
Seorang gadis rapuh yang berusaha tegar dan berusaha menjadi super woman di Ibukota. Mengejar ambisi dengan bekerja dan terus bekerja.
Lingkungan dan waktu telah merenggut hati dan karakternya.
Orang yang sama, tapi bukan dia yang dulu.
No comments:
Post a Comment