Sunday, May 30, 2010

Client VS Agency

Obrolan yang rada basi ni, tapi ok gapapa kita bahas aja lagi. Social media hari ini kayanya sudah menjadi ritual wajib tiap orang, hampir tiap orang sekarang berusaha eksis di dunia keduanya. Tenggelam dalam social life yang dipermudah/dipercepat dengan adanya teknologi, berusaha menjaga eksistensi diri di social media life.

Dengan tingkat akses terhadap social media begitu tinggi, seharusnya brand-brand besar melirik social media sebagai sarana promosi atau communication channelnya. Apakah brand besar belum melirik social media sebagai salah satu channel communication? sudah-sudah mereka (brand besar) telah menggunakan social media sebagai sarana promosi. Seperti coca cola, frisian flag, mungkin study case yang paling sukses adalah adrie subono dengan java musikindo dan brand lainnya yang menggunakan social media sebagai salah satu pendukung strategi komunikasi. Tapi ada kondisi ironis di balik mereka menggunakan social media tersebut, saya berpendapat mereka masih belum memahami benar big picture dari social media dan manfaatnya.

Banyak dari mereka memanfaatkannya dikarenakan kompetitor mereka bermain disana, dan social media digunakan masih sebatas wacana, opini sembari mereka mengamati perkembangannya day to day. Mereka menganggap social media masih susah diukur tingkat keberhasilannya, elemen apa yang terlibat dalam pengukuran promosinya. Sebut saja media TV mereka invest duit senilai X dengan data pemirsa sekian ribu, sehingga duit X tersebut dibagi perkepala dan terasa murah bagi klien. Ok bagaimana dengan social media bagaimana pengukuran tersebut di adjust?

Di indonesia sering kali saya menemui online marketing agency, memaksakan campaign klien mereka via online. Seolah-olah internet dan social media lainnya adalah media yang powerfull, memang benar sih sekarang ini internet merupakan media yang sangat powerfull bahkan untuk beberapa tahun kedepan. Tapi diluar negeri saja media spending paling banyak masih jatuh pada televisi, pemahaman mereka bahwa televisi masih cukup powerfull untuk menjaring brand awareness. Klo diluar negeri saja pemahamannya seperti itu, ya ga salah juga jika pemilik brand di Indonesia pun berpendapat hal yang sama.

Pada akhirnya setiap klien menginginkan pertanggungjawaban dari investasi yang mereka keluarkan Bukan berbicara duit segini kamu dapetnya website dan social media maintain, tapi berbicara investasi yang cukup menguntungkan bagi dia dan brand tersebut. Dengan nominal X saya dapet keuntungan seperti ini, saya rasa investasi yang saya keluarkan cukup pantas. Jadi jelaskan ke klien secara clear bahwa duit yang mereka keluarkan itu akan memberi impact kepada audiencenya seperti ini seperti itu.

Untuk penutup obrolan mungkin video ini cukup pas.





No comments: