Thursday, December 16, 2010

Mengantarkan Kebahagiaan.

Kemaren pas datang acara seminar Digital Strategy yang berlangsung di Ritz Carlton. Ada salah satu Video yang diputar mengenai Vending Machine Coca Cola yang mengeluarkan banyak botol. Karena keluar banyak botol maka dia membagikannya pada teman-temannya, jadi inget global campaign coca cola yang konsisten berbicara tentang kebahagiaan dan kegembiaraan. Akhirnya mau ga mau browsing mengenai global campaign coca cola yang mengangkat tentang live positively.

Ini videonya aku embed coca cola happiness vending machine.



satu lagi iklan coca cola yang yang bisa aja bikin meleleh, yaitu iklan coca-cola versi truck merah dan mengantarkan botol coca-cola ke toko ditutup dengan kata "ayahku mengantarkan kegembiraan."

Monday, November 22, 2010

Djakarta BlueJeans-ku

“aku suka bekerja seperti ini, melayani orang dengan baik membuat mereka tersenyum dan tertawa. Disitulah aku merasakan sebuah kebahagiaan, apalagi disaat mereka memuji kerjaan ku.”
“aku juga senang jalan-jalan berkeliling Jakarta, mencari kebahagiaan kecil dengan ngelihat aktivitas banyak orang…..
“Karena buat aku mengetahui sifat, perilaku dan emosi orang adalah modalku untuk kerja.”

Omongan yang keluar dari seorang waitress restoran, entah sejak kapan saya mengenal dia. Namun obrolan tersebut keluar begitu saja seolah kita sudah lama mengenal. Dia bercerita banyak hal mengenai tamu-tamunya, pengalaman yang sepele tapi dia bisa cerita dengan cukup menarik. Kemampuannya dalam meng-capture slice of life sangat luar biasa dan bisa menceritakannya kepada orang lain dengan baik.

Dia bercerita mengenai bagaimana, dia nyasar naik angkutan pertama kali pada saat datang ke Jakarta. Menceritakan hobinya yang klo lagi off dia pergi naik angkot, dan berkeliling dari satu terminal ke terminal lain. Satu hal yang menarik, yaitu dia selalu mengulang kata “little happiness”

Dan ada penggalan kalimat yang dia sampaikan membuat karakternya begitu kuat di mata saya.

“Aku suka banget berkeliling Jakarta , melihat aktifitas banyak orang, begitu juga dengan celana jeans kesayanganku ini.”
“Dia (celana jeans) selalu setia menemani aku mencari little happiness di pelosok kota Jakarta. Klo dia bisa bicara, dia akan bercerita banyak hal mengenai Jakarta….”
“Djkarta blue jeansku.”

Dia menggambarkan seluruh kehidupan Jakarta tertulis pada celana jeansnya, dan dia mengatakan jeans ini juga salah satu “little happiness”. Kehidupan serta padangan yang simple dalam mengejar sebuah kebahagiaan-kebahagiaan kecil. Beda banget dengan omongan wanita-wanita executive yang mengejar karir dengan ambisi keras, jika ditanya buat apa kerja ampe malam-malam “ya buat mengejar segenggam berlian dan sebuah tas hermes.” Dan saya hanya bisa tersenyum mendengar jawaban itu.

Dan tulisan ini salah satu "little happiness" saya.

Friday, November 5, 2010

MOVEment is the new unconventional media


"Unconventional Media", mungkin kata tersebut bukanlah hal asing bagi mereka yang bekerja di advertising, graphic house dan creative agency lainnya. Bagi kebanyakan orang berusaha menelaah apa sih arti sebenarnya dari "unconventional media".
Ok sekarang kita berpikir apa sih "unconventional media" itu? Mungkin artinya media yang tidak biasa pada tempatnya, media yang aneh, atau media yang mampu membuat banyak orang membicarakannya. Setelah browsing di google "Unconventional media" selalu disangkutkan dengan guerilla marketing dimana salah satu pemahaman yang masuk akal adalah "The objective of guerrilla marketing is to create a unique, engaging and thought-provoking concept to generate buzz, and consequently turn viral"

Media yang seperti apa sih yang akhirnya disebut "unconventional media", apakah ini disebut unconventional media?.















Dulu kita mungkin akan setuju bahwa hal tersebut aneh, ini unik dan bisa salah satu media promosi yang akan diomongkan banyak orang. Atau lain hal seperti contoh ini.
Tapi kalau kita pahami lebih dalam mengenai "unconventional media" dimana selalu disangkutkan dengan guerilla marketing, bahwa konsep "Unconventional Media" lebih besar dan powerfull dari sekedar media-media diatas. Pemahaman "to create a unique, engaging and thought-provoking concept to generate buzz" seharusnya kita tidak hanya terpatok pada pembuatan media yang lucu dan aneh saja. Melainkan membuat sesuatu yang lebih besar daripada hanya sebatas media yang aneh dan lucu saja, mampu masuk diseluruh lapisan masyarakat untuk menciptakan emotional bonding dan menginspirasi mereka.

OK seperti apa pemikiran besar dalam membuat "unconventional media" dan mampu menggerakkan masyarakat? MOVEMENT is the new unconventional media. Seperti kita lihat kampanye Anlene dengan 10.000 langkah-nya, Buavita dengan hari buahnya yang tempo hari sempet rame di twitter, Biskuat macan Indonesia mencari Atlet, Ibu&Balita dari Frisian Flag dan beberapa macam movement lainnya. Sadar atau tidak sadar campaign tersebut mampu menciptakan interaksi antara pemilik brand dan seluruh lapisan masyarakat sehingga terbangun emotional bonding yang kuat.

Di era internet dan social media seperti sekarang ini, sebuah movement menjadi lebih gampang diwujudkan dan lebih cepat menyebar kesemua kalangan. Seperti beberapa hari ini di twitter rame akan "prayforindonesia", sebuah pergerakan kepedulian terhadap musibah yang terjadi di beberapa tempat di indonesia. Dimana setiap orang memasang avatar prayforindonesia dan membuat hastag sebagai tanda mereka peduli terhadap bencana tersebut. Atau mungkin di jaman lebaran kemaren di twitter rame tentang #pulkam, sebuah movement dimana mereka men-sharing foto dan cerita disaat mereka mudik ke kampung halaman.

Banyak hal yang tiba-tiba menjadi trend dan dibicarakan oleh banyak orang di social media, dikarenakan karakteristik media internet yang saya menyebutnya dengan no boundaries. Berangkat dari beberapa orang membicarakan sesuatu dan tanpa sadar hal tersebut menjadi omongan banyak orang. Contoh case yang ga kalah fenomenal yaitu sinta dan jojo dengan video lipsync-nya di youtube.

Pertanyaannya bagaimana movement tersebut dapat dikatakan sukses, dan diikuti oleh banyak orang? Kalau kita buka buku yang menyangkut dengan komunikasi massa, menurut saya satu hal yang menyebabkan kenapa movement dapat berhasil dikarenakan kekuatan yang namanya majority. Majority yang didukung oleh social media membuat movement dapat terdeliver dengan cepat dan creating buzz di masyarakat.
Seperti buku tribes karangan seth godin yang membahas bagaimana seseorang dapat memiliki kekuatan dikarenakan memiliki followers banyak di twitter dan blogspot. Buku Tipping point karangan malcolm gladwell yang membedah kenapa brand Hush Puppies mendadak meledak, padahal brand tersebut hampir mati hanya dikarenakan sekumpulan anak muda mengenakan hush puppies dan terlihat cool.

Kira-kira 2 tahun yang lalu, saya selalu mengarahkan klien-klien untuk membuat movement daripada sekedar bikin print dan iklan TV. Mengalokasikan budget TVC ke movement yang lebih powerfull dalam menanamkan emotional bonding ke masyarakat. Sekarang banyak brand besar yang mengubah strategi komunikasi brand mereka, menggunakan media berjajar secara horisontal.

Jadi masihkah kita berpikiran sempit bahwa unconventional media hanya sebatas pada media yang aneh dan lucu saja namun tidak memiliki makna mendalam. New Unconventional Media yaitu sebuah pergerakan massa, yang mampu menembus emosional di setiap level followers-nya dan menggerakan pada satu tujuan.
make a movement not only to the extent of brand campaign.


Thursday, July 29, 2010

9 Conversational Capital.


Semalam abis bongkar tumpukan buku lama, tanpa sengaja melihat buku beyond buzz yang didalamnya penuh dengan coretan tentang konsep campaign dan apa yang bisa digunakan dalam berkomunikasi dengan konsumen sekarang. Buku yang menarik karangan louis kelly, membahas bagaimana sebuah opini, pembicaraan itu bisa terus tumbuh dan menyebar dibicarakan oleh banyak orang layaknya virus.


Pada kondisi sekarang dimana konsumen semakin kritis terhadap sesuatu, mereka semakin jeli dalam melihat produk dan brand yang sesuai dengan mereka. Perilaku mereka dalam mengkonsumsi media pun berubah, internet menjadi salah satu alternatif media untuk masyarakat kalangan menegah atas. Dengan hadirnya handphone china yang bisa akses FB twitter dan bla..bla..bla.. makin banyak lagi orang di level menengah yang bisa menikmati internet.
Bagaimana komunikasi sebuah brand terhadap konsumen yang kritis?, dimana mereka tidak bisa mengandalkan media-media tradisional. Sehingga diperlukan terobosan dalam menyentuh konsumen tersebut, WOM dan BUZZ serta community telah digembar-gemborkan menjadi salah satu cara efektif yang dapat menyentuh smart konsumen. Nah bagaimana WOM dan BUZZ tersebut dapat bekerja secara efektif? Terdapat 9 tema dan pokok pembahasan di dalam buku tersebut yang mampu menarik perhatian orang dan sering dibicarakan, oke ini yang akan saya share dibawah ini:

Aspirations (aspirasi, inspirasi) Bagaimana sebuah aspirasi dan kepercayaan dapat menjadi tema pembicaraan yang hangat dibicarakan oleh banyak orang?. Dimana sebuah aspirasi dipercaya sebagai big idea yang akan terwujud dan memberikan inspirasi kuat kepada orang lain, tentunya di dukung oleh relevansi yang cukup kuat.

Seperti kita dibuat percaya oleh sederatan story teeling ala film Hollywood, dimana emosi kita akan tertarik ke dalam dan hanyut terbawa di saat kita menonton film. Sebuah aspirasi diperlukan sebuah perusahaan dikarenakan dapat memiliki ikatan emosi serta dapat mentransfernya kepada konsumen.

Seperti kita lihat bagaimana cerita hellen keller mampu menginspirasi kita, steve jobs dengan produk applenya yang mampu mendobrak trend MP3 dengan model dan fitur yang user friendly. Tak tertinggal Honda yang menginspirasi serta mengedukasi kita tetang kebijakan penggunaan kendaraan bermotor ramah lingkungan, yaitu Honda Prius.

Avalanche About to Roll (trend baru yang akan berlangsung) Bagaimana trend berlangsung dan apa yang akan terjadi, menjadi salah satu tema yang cukup digemari dan ditunggu oleh masyarakat. Sesuatu yang besar dan akan terjadi selalu menjadi point interest, yang menarik untuk dibicarakan.

Google OS cukup menarik perhatian sehingga menjadi tema/topik pembicaraan yang sering dibicarakan orang di tahun ini, tak tertinggal perkembangan teknologi Blackberry yang selalu dinantikan terobosan-terobosan terbarunya.

David VS Goliath. (yang lemah melawan yang kuat)
Cerita David VS Goliath merupakan cerita klasik, dimana cerita tersebut masih menarik diceritakan di era seperti sekarang ini apalagi menyangkut hal bisnis. Bagaimana sebuah perusahaan kecil mampu bertahan dan mengalahkan perusahaan raksasa. Kasus Prita VS RS.Omni mungkin salah satu contoh cerita david VS goliath, dimana Prita sebagai david mampu mengalahkan RS Omni Goliath sebagai lawannya.

Mungkin beberapa contoh lainnya bagaimana kecap bango mampu menggerogoti kecap ABC sebagai market leader. Salamie yang terhimpit oleh brand-brand besar mampu keluar dari price war dan mengklaim produknya yang paling enak, akhirnya secara perlahan mampu merebut market share dari produsen mie instant raksasa.

Personalities (karakter personal) Tidak ada yang lebih menarik daripada cerita seseorang dengan segudang pengalaman hidupnya. Manusia senang sekali membicarakan pengalaman orang lain, personality yang baik akan membantu orang lain dalam memanage dirinya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bekerja.

Orang suka dengan personality orang lain yang mirip dengan dirinya atau mirip dengan idola impiannya. Seperti kita lihat bagaimana Dahlan Iskan menceritakan pengalamannya dia sakit, dan survive terhadap apa yang menimpa dirinya. Dengan tulisannya dia mampu menarik perhatian orang untuk membaca dan bersimpati. Cerita kesuksesan Bob Sadino yang dulunya bukan siapa-siapa menjadi kaya raya.

Banyak orang yang cukup terinfluence dengan tokoh-tokoh yang mereka anggap cocok bagi dirinya. Beberapa contoh lainnya seperti Annita Roddick, yang mengkomunikasikan bahwa produk-produk dari Bodyshop tidak mengandung animal testing. Dan bagaimana karakter dari Annita Roddick mampu mempengaruhi konsumen serta bukan konsumen Bodyshop untuk peduli terhadap lingkungan.

Atau mungkin kisah ariel dengan sederetan video pornonya bersama cut tari dan luna maya.

Anxieties. (Ketakutan)
Anxieties salah satu tema pembicaraan yang mempunyai kekuatan membuat masyarakat menjadi takutdan skeptic. Tema pembahasan yang mampu menyedot perhatian masyarakat namun mempunyai dampak membuat masyarakat menjadi resah.

Flu babi menjadi contoh yang cukup menarik untuk membahas fenomena anxieties dimasyarakat, dan bagaimana salah satu produsen Air Conditioner memanfaatkan fenomena tersebut untuk menjual produknya. Dan tak tertinggal masker yang sekarang banyak dibeli orang dengan tujuan pencegahan penularan flu babi. Contoh lainnya dari anxieties yaitu kejadian terror bom yang terjadi pada hotel Rich Carlton dan J.W Marriot, dimana pada saat kejadian banyak orang yang membicarakannya.

Counterintuitive/Contrarian
(melawan arus atau berbeda)
Contrarian perspektif sering kali menentang dari paradigm-paradigma lama yang dianut oleh kebanyakan orang secara turun temurun. (think out of the box)

Keberanian dari pandangan Contrarian mampu menarik perhatian masyarakat, sesuatu yang original dan relevan akhirnya mampu membuat contrarian mampu memprovokasi untuk menjadi pembicaraan yang berarti.

Bagaimana Iklan sabun DOVE mampu merubah paradigma, bahwa cantik itu tidak harus kurus tinggi langsing dan putih. Seperti pemahaman bahwa cantik itu kurus, langsing dan putih mampu didobrak bahwa sebenarnya yang terpenting adalah innerbeauty.

Fenomena Tukul dengan kesederhanaan dan keterbatasannya, jauh dari standar pembawa acara pada umumnya. Namun akhirnya sukses dan membuat ratting acara talk show tersebut melejit naik.

How To (bagaimana menjadi)

Teoritikal dan pemikiran yang prokatif itu baik, namun manusia suka dengan pemikiran yang pragmatis. Pemikiran How To dan bagaimana melihat, termasuk advise serta latihan-latihan. Memberikan manusia pemikiran pragmatis, membuat mereka mampu memecahkan permasalahan mereka. Pastikan bahwa ide itu fresh dan insightfull untuk dapat terlihat sehingga mereka dengan mudah akan mengingat dan membicarakannya.

Seperti kita lihat contoh, buku-buku yang menawarkan beberapa langkah menjadi kaya, beberapa langkah menjadi lebih bahagia. Buku 7 habbits, How of happiness, dll.

Seperti iklan rokok djisamsoe yang menunjukkan bagaimana orang mengkonsumsi rokok djisamsoe, mungkin dengan merobek tengah kotaknya.

Glitz and Glam (kehidupan yang glamor)
Kita selalu tertarik dengan cerita tetang selebritis dan pararel terhadap kehidupan industry entertainment yang glamor, yang membuat kita menjadi wanna be.

Glitz and Glam cukup menyenangkan dan menakjubkan unttuk dilewatkan, mereka memberikan banyak cerita untuk disampaikan kepada banyak orang.

Bagaimana trend fashion sekarang ditentukan oleh sebagian besar artis, baik luar maupun dalam negeri. Seperti kita lihat trend jam LEVIS yang warna-warni, mereka tidak pernah mengeluarkan iklan sedikitpun pada awalnya. Namun mereka berpromosi dengan mengendorse sebagian besar artis lokal Indonesia, dan tanpa sadar telah banyak artis yang menggunakan jam tersebut. Dan kita menganggap bahwa jam tersebut sedang trend, sehingga diburu oleh banyak orang. Mungkin juga seperti fenomena pakaian dalam Victoria secret yang mengendorse sebagian besar artis Hollywood.

Seasonal/event (acara dan season)

Membicarakan mengenai ide yang dihubungkan dengan event, adalah salah satu cara yang sering digunakan dan terbukti. Karena itu Seasonal merupakan salah satu topic yang lazim dibicarakan oleh banyak orang. Bagaimanapun juga itu adalah strategy jangka pendek dimana datang dan pergi begitu cepat, namun mampu menarik perhatian kebanyakan orang.

Seperti event 3 yang mengundang Manchester United untuk datang ke Indonesia, dan dalam waktu singkat dapat menarik perhatian banyak orang untuk pengen terlibat dalam event tersebut.

Dan yang bersifat lebih seasonal seperti hari-hari besar seperti puasa, lebaran, natal dan tahun baru, dimana mampu menarik perhatian banyak orang untuk dibicarakan di saat season itu sedang berlangsung. Tak tertinggal Surabaya Shopping festival yang mampu menarik perhatian orang belanja dan dibicarakan dimana-mana.

9 tema diatas adalah topic pembicaraan yang mampu menarik perhatian orang banyak untuk dibicarakan dan ditularkan kepada orang lain menurut louis kelly. Bagaimana kita dapat memanfaatkan 9 tema diatas untuk mempromosikan produk kita dan menjadi point of interest untuk dibicarakan oleh banyak orang.

Sunday, July 25, 2010

Brand building with inception way.



Setelah kemaren menyempatkan menonton inception, akhirnya tahu juga kenapa film ini banyak orang bilang bagus. Beberapa teman bercerita tentang sisi menarik mengenai film ini, ada juga teman yang berkomentar mengenai sosok pemeran utama yang semakin matang di tiap film2 yang dia bawa. Tapi dengan tulisan ini saya tidak bahas secara mendalam mengenai film dan teknisnya, karena banyak banget bloger yang membahas jauh lebih bagus.

Ok, berangkat dari ide sederhana yang pasti tiap manusia pernah mengalaminya di setiap mimpinya. Entah itu mimpi jatuh dari ketinggian, mimpi yang berlapis dan mimpi yang terkadang disaat kita bangun merasa lelah karena kita merasa berlari disaat tidur.

Yang lebih menarik dari film ini kalau para marketer, pembuat iklan, jago2 komunikasi dan sebagainya jeli pasti akan menyukai ide dasar dari film ini. Dimana kita bisa mempengaruhi alam bawah sadar orang lain untuk menggunakan produk atau brand kita secara loyal. Merubah mindset manusia akan sesuatu, membuat mereka tidak memiliki alasan logis untuk memilih brand/produk tertentu. Memilih sebuah brand tanpa mengetahui awalnya (inception) dan terjadi secara berulang-ulang begitu saja. Tanpa sadar mereka telah terjebak terlalu dalam terhadap mindset alam bawah sadar mereka sendiri terhadap sebuah brand, dan akhirnya tidak dapat melihat secara obyektif mana produk yang bagus dan jelek. Christopher Nolan berusaha menyampaikannya dengan detail dalam film inception bahwa pemikiran manusia itu berlapis. Diperlukan persiapan yang matang (marketing strategi) dan waktu bertahun-tahun (inception: 5menit didunia nyata=seminggu di dunia mimpi) untuk merubah mindset manusia.

Pertanyaan apakah hal tersebut dapat dilakukan? kalau hal tersebut dapat dilakukan pasti para marketer sekarang ini akan berlomba-lomba melakukan perjalanan mimpi.

Di beberapa buku marketing/branding yang berusaha menjelaskan secara ilmiah, ambil contoh lovemark. Dimana manusia itu "drive by emotion not by reason" berusaha dijelaskan bahwa jika kita mampu menyentuh sisi emosi dari tiap individu, brand kita akan keluar sebagai pemenang di persaingan yang ketat. Kalau tidak salah ingat di era 80-90 pada industri musik, pernah terjadi hal yang hampir sama seperti diatas. Yaitu mempengaruhi alam bawah sadar mereka (psikologi massa) melalui musik, dimana mereka dipengaruhi untuk membeli merchandise dari band tersebut. Entah itu benar atau urban legend tapi hal itu pernah menjadi perdebatan yang panjang di industri musik.
Ok hal lain mungkin terjadi di industri film, kalau diperhatikan disaat kita melihat film ada adegan-adegan yang tanpa sadar dicekoki dengan brand. Seperti adegan disaat pemeran utama melihat jam tangan, kita akan melihat dan merasa "wah jam tangannya keren banget ya, beli dimana tuh?". Objek itu tersimpan di alam bawah sadar kita sebagai refrensi (inception:ide dasar itu akan susah hilang dari ingatan kita). Disaat kita jalan dan ingin membeli jam tangan tanpa sadar kita akan memilih jam tangan itu tanpa kita tahu awalnya dimana, kenapa kita membeli jam itu yang kita sendiri tidak ingat melihatnya dimana. Terkadang pun alam bawah sadar mereka menolak sebuah "ide" jika kondisi tersebut tidak masuk akal secara nalar. Mereka memiliki pertahanan pemikiran dari "refrensi" yang pernah mereka alami di tempat lain.

Penanaman persepsi tentang sebuah brand bisa dilakukan dimana saja, dan kapan saja tanpa kita sadari dengan cara apapun termasuk memasang iklan sekalipun. Dimana persepsi tersebut kita ulang secara terus-menerus dan mampu menyentuh emosi dari alam bawah sadar konsumen, maka mereka akan memilih tanpa tahu awalnya bagaimana kenapa mereka memilih brand tersebut.

Sunday, June 27, 2010

Building conversation with your customer.

Banyak orang bilang sekarang tuh eranya komunikasi dua arah, interaksi dan saling berkolaborasi. Konsumen butuh wadah untuk dapat berinteraksi dengan brand secara intens, makanya ada istilah conversation 2.0. Udah ga jaman ni komunikasi satu arah dari brand kepada konsumen dengan gaya komunikasi yang menggurui.

Mungkin iklan ini yang dapat menggambarkan kondisi komunikasi brand sekarang.
Kalau kita masih terjebak dengan kaya komunikasi lama, kita akan diceraikan oleh pelanggan tak terkecuali yang loyal dengan kita.

enjoy...

Friday, June 18, 2010

MARKETING 101

Marketing Lesson for the day....

1)You see a beautiful girl at a party. You go up to her and say " I'm very rich. Marry me". That's Direct Marketing.

2)You see a beautiful girl at a party. You go up to her and get her number. Next day you call her " I'm very rich. Marry me". That's Telemarketing.

3)You see a beautiful girl at a party. You straighten your tie, go up to her, pour her drink. Open the door for her and give her a ride home and then say " I'm very rich. Marry me". That's Public Relation

4) You see a beautiful girl at a party. She walks to you and say " You are very rich. Marry me". That's Brand Recognition.

5) You see a beautiful girl at a party. You go up to her and say " I'm very rich.Marry me". She gives you a hard slap on your face.
That's Customer Feedback.

dapat dari teman melalui email malam ini. thanks nice email sob.

Thursday, June 10, 2010

Sales Division VS Marketing Division

Dulu sewaktu saya masih di Agency sering kali disaat meeting dengan klien, saya menganjurkan untuk mengintegrasikan antara kegiatan marketing dengan kegiatan sales. Dimana divisi sales dan marketing harus lebur menjadi satu untuk membicarakan program marketing dan program sales, atau paling tidak brainstrom dalam satu meja dan menghormati kepentingan masing-masing divisi. Dikarenakan yang selalu terjadi di lapangan bahwa divisi marketing mempunyai kepentingan tersendiri dan sales pun memiliki kepentingan sendiri. Dimana kepentingan tersebut yang memicu adanya komunikasi yang tidak terintegrasi pada brand, dan berpengaruh pada karakteristik brand tersebut di mata masyarakat. Seperti contohnya, divisi marketing create thematic campaign yang elegan, priceless dan bla.. .bla... sesuai dengan positioning brand yang akan ditanamkan di benak konsumen. Tiba-tiba divisi sales di lapangan membuat program "buy 1 get 1" dimana divisi sales pun memiliki target yang harus dipenuhi. Bagaimana kira-kira persepsi masyarakat terhadap brand tersebut? di above the line dia berbicara kemewahan di sales promotion dia bikin buy 1 get 1. Kalau istilah saya pada saat itu, yang saya sampaikan pada klien yaitu "komunikasinya belang-belang."

Tapi anjuran saya sebagai agency pada saat itu, apakah benar-benar sustainable solution bagi perusahaan itu? apakah benar-benar fit bagi divisi marketing dan divisi sales. Ntar yang ada mereka berantem sendiri, "lo enak ya bikin iklan melulu, kita ini yang jualan setengah mampus menuhin target." Disaat sekarang, saya berada disalah satu group besar yang bergerak di bidang otomotif sebagai corporate brand analyst. Saya merasa anjuran yang dulu pernah saya lempar pada klien kok kayanya tolol banget ya. Pada kenyataannya hal tersebut bukan suatu hal yang mudah dipecahkan, tiap divisi memiliki target dan kepentingan yang berbeda. Walaupun di tahun 2007 atau bahkan sebelum itu Hermawan Kertajaya dari Markplus mengatakan hal yang sama, dimana divisi marketing dan sales harus berbicara satu meja dan menghormati kepentingan masing-masing divisi.

Didalam corporate ini saya masih banyak melihat, gaya komunikasi yang tidak terintegrasi. Promo material yang tidak sewarna, sejalan, satu bahasa dengan divisi marketing. Disini semuanya sibuk memenuhi target dari masing-masing divisi, sehingga kurang peduli terhadap brand yang dibangun diluaran. Walaupun masyarakat tidak menyadarinya, tapi klo saya boleh bicara ini seperti panggung festival megah didepan dibelakangnya berantakan. Promo material yang dibuat secara terburu-buru oleh inhouse designer, tanpa menoleh kembali pada buku standar manual logo. Yang penting warnannya gini gitu ada logo perusahaan, yap beres jadi ni poster promo untuk dilempar pada distibutor.

2 minggu ini saya bekerja disana, di minggu awal saya mengatakan mengenai brand yang belang-belang di rapat internal dengan gaya bahasa agency. Ternyata obrolan saya kurang direspon cukup baik khususnya pada divisi sales, yang ada malah mereka melihat saya dengan gaya permusuhan.
Beberapa kali saya bicara mengenai iklan dan branding, yang ada dikepala mereka, "Saya buang duit segini emang impactnya bisa langsung dirasakan, apa langsung berpengaruh pada volume penjualan saya." Dan di meeting itu saya pun bersikukuh bahwa marketing campaign tidak berkorelasi positif terhadap penjualan
, yang saya bangun adalah positioning brand karakteristik brand dimana diharapkan mereka akan menggunakan produk kita klo image itu terbangun secara positif di mata konsumen.

Didalam sini saya melihat lebih obyektif dalam segala hal, mempelajari bagaimana proses produksi itu berjalan. Bagaimana sebuah produk di develop dan diletakkan di market yang sesuai, dengan karakteristik produk tersebut. Mempelajari segala aspek yang terlibat pada berjalannya sebuah roda bisnis, melihat keterlibatan semua divisi dalam mendukung jalannya industri dan bisnis.

Mungkin kita benar-benar mengerti mengenai advertising, branding dan ilmu komunikasi. Tapi apakah kita benar-benar memahami industri itu berjalannya bagaimana, dan internal proses yang seperti apa terjadi di dalamnya. Arogansi kita sebagai orang agensi yang selalu berpendapat bahwa kita tau semuanya, ternyata tidak semuanya kita tahu. Tempatkan klien diposisi sebagai partner bukan sebagai orang bodoh yang tidak menahu tentang advertising dan sebagainya, mereka lebih memahami apa yang mereka mau dan harapkan dari servis sebuah agensi.

Sunday, May 30, 2010

Client VS Agency

Obrolan yang rada basi ni, tapi ok gapapa kita bahas aja lagi. Social media hari ini kayanya sudah menjadi ritual wajib tiap orang, hampir tiap orang sekarang berusaha eksis di dunia keduanya. Tenggelam dalam social life yang dipermudah/dipercepat dengan adanya teknologi, berusaha menjaga eksistensi diri di social media life.

Dengan tingkat akses terhadap social media begitu tinggi, seharusnya brand-brand besar melirik social media sebagai sarana promosi atau communication channelnya. Apakah brand besar belum melirik social media sebagai salah satu channel communication? sudah-sudah mereka (brand besar) telah menggunakan social media sebagai sarana promosi. Seperti coca cola, frisian flag, mungkin study case yang paling sukses adalah adrie subono dengan java musikindo dan brand lainnya yang menggunakan social media sebagai salah satu pendukung strategi komunikasi. Tapi ada kondisi ironis di balik mereka menggunakan social media tersebut, saya berpendapat mereka masih belum memahami benar big picture dari social media dan manfaatnya.

Banyak dari mereka memanfaatkannya dikarenakan kompetitor mereka bermain disana, dan social media digunakan masih sebatas wacana, opini sembari mereka mengamati perkembangannya day to day. Mereka menganggap social media masih susah diukur tingkat keberhasilannya, elemen apa yang terlibat dalam pengukuran promosinya. Sebut saja media TV mereka invest duit senilai X dengan data pemirsa sekian ribu, sehingga duit X tersebut dibagi perkepala dan terasa murah bagi klien. Ok bagaimana dengan social media bagaimana pengukuran tersebut di adjust?

Di indonesia sering kali saya menemui online marketing agency, memaksakan campaign klien mereka via online. Seolah-olah internet dan social media lainnya adalah media yang powerfull, memang benar sih sekarang ini internet merupakan media yang sangat powerfull bahkan untuk beberapa tahun kedepan. Tapi diluar negeri saja media spending paling banyak masih jatuh pada televisi, pemahaman mereka bahwa televisi masih cukup powerfull untuk menjaring brand awareness. Klo diluar negeri saja pemahamannya seperti itu, ya ga salah juga jika pemilik brand di Indonesia pun berpendapat hal yang sama.

Pada akhirnya setiap klien menginginkan pertanggungjawaban dari investasi yang mereka keluarkan Bukan berbicara duit segini kamu dapetnya website dan social media maintain, tapi berbicara investasi yang cukup menguntungkan bagi dia dan brand tersebut. Dengan nominal X saya dapet keuntungan seperti ini, saya rasa investasi yang saya keluarkan cukup pantas. Jadi jelaskan ke klien secara clear bahwa duit yang mereka keluarkan itu akan memberi impact kepada audiencenya seperti ini seperti itu.

Untuk penutup obrolan mungkin video ini cukup pas.





Monday, May 10, 2010

Catatan (kreatif) seorang keparat

Baru aja kelar bongkar dus yang isinya pernak-pernik kuliah, blm terlalu lama juga sih lulus dari dunia perkuliahan yah sekitar 3 tahun lalu. Dus yang berdebu berisi berbagai macam tumpukan kertas sketsa, fotografi dan beberapa lembar transkrip nilai. OK yang mau dishare bukan menemukan foto2 mantan pacar, atau tugas-tugas kuliah yang masih amatir banget didunia design dan kreatif.

Di dalam dus itu saya menemukan buku, yang berisi coretan-coretan layout. Pemikiran strategi kampanye terhadap sebuah brand, ide yang spontan keluar begitu aja pas tiba-tiba melihat sesuatu yang menarik perhatian saya dan bisa menjadi trigger untuk bikin tugas kuliah. Coretan tangan mengomentari fotokopi teori-teori tentang perilaku konsumen, psikologi massa, komunikasi massa, dan advertising. Dulu kebiasaan spontan menulis dan nge-layout di buku itu sangat membantu, untuk develop ide tugas kuliah. Dimana harus bikin ide 20 dan di sketch di kertas A4 dibagi 4 (kira2 A6 ya?) disaat dapat tugas bikin print ad.

Saya baca satu-satu dari coretan itu, ternyata sebagian besar sudah saya terapkan di pekerjaan sekarang ini. Bekerja sebagai graphic designer selama 3 bulan dan lanjut sebagai brand strategic development hingga sekarang. Ide-ide yang dulu hanya mentok di tugas kuliah, sekarang ide itu bicara lebih keras menjawab objective dari klien dan menjawab dari creative brief. Menyenangkan hati klien atas result dan target yang ingin dicapainya, menyenangkan hati end user saat melihat campaign dan collateral yang dapat menyentuh secara emosi.

Kebiasaan corat-coret itu tidak lepas hingga sekarang, alat tulis dan buku kecil tidak pernah lepas dari bawaan wajib. Termasuk folder XXX di laptop yang menampung ide-ide yang belum tereksekusi, entah karena gagal pitching atau sekedar iseng menuangkan layout, radio script termasuk strategi kampanye brand tertentu. Pemikiran tentang tren perilaku konsumen, tentang gaya komunikasi termasuk pemikiran tentang marketing komunikasi.

Sadar atau tidak coretan-coretan kecil itu yang ternyata, membantu saya bekerja 3 tahun belakangan ini. Membantu menggiring saya diposisi bekerja yang cukup menyenangkan, buat saya dan orang di sekitar lingkungan kerja partner dan principle.

perhatikan hal-hal kecil disekitarmu yang luput dari pandangan orang lain, disitulah ide bermula. selamat mencorat-coret.

Sunday, May 9, 2010

google: parisian love



Pas browsing2 di youtube tiba-tiba nemu iklan google ini, iklan yang sederhana simply beautiful. Tapi message yang terkandung bener2 berbicara dan menyentuh secara personal di user-user google. Dari iklan ini terlihat bahwa mereka benar2 memahami consumer insight google. And guess what? agency yang mengerjakan iklan ini yaitu inhouse google itu sendiri. Google creative lab. Dengan biaya produksi yang rendah, team google mampu membuat commercial yang seperti ini great team work.

Wednesday, April 7, 2010

In an Absolut World



Nice, TV ADS Absolut vodka Inspiring.
Seharusnya brand-brand besar harus mampu menginspirasi para konsumen atau calon konsumennya seperti ini. Saya bukan pengkonsumsi Brand Vodka, tapi entah kenapa Commercial ads ini bisa mempengaruhi persepsi saya terhadap brand vodka. Kenyamanan bersosialisasi dan beriteraksi layaknya di absolut world, seharusnya kita bisa hidup saling berdampingan satu sama lain seperti yang ditampilkan commercial vodka.

Brand lokal kita yang saya rasa commercialnya mampu menginspirasi seperti commercial Vodka, mungkin seperti commercial Garuda Indonesia, Telkomsel, Pertamina, Gudang Garam cahaya Asa.

Satu lagi iklan Vodka yang cukup inspiring. Enjoy...


Tuesday, March 23, 2010

(starbucks) RED


Salah satu project CSR starbucks ni, dimana starbucks menolong para penderita HIV Aids di seluruh dunia khususnya di Afrika. Melalui program RED yang dimotori oleh brand-brand besar seperti converse, GAP, Motorola, Apple iPod, Emporio Armani dan yang terakhir Starbucks pun ikut join dalam program tersebut di www.starbucksloveproject.com.


Dalam project RED ini wolff ollins sebagai perusahaan branding di Amerika ikut terlibat pada pengerjaan proses brandingnya. Penyusunan standard aplikasii logo terhadap brand-brand yang terlibat dalam project tersebut. Nice Project, let's enjoy.


Monday, March 22, 2010

Curriculum Vitae

CREATIVE THINKER/STRATEGIC THINKER/GADGET FREAK/APPLE MINDED/CULTURAL GEEK
/WRITING/SNEAKERS/ART/ADVERTISING GEEK/ MARKETING FREAK/BOOK/MOVIE FESTIVAL/MUSIC FESTIVAL/24/7 INTERNET CONNECTION/TECHNOLOGY MINDED/

Sunday, March 21, 2010

HOT Button Marketing

Mungkin bahasan yang telat mengenai buku ini, tapi karena sesuatu hal akhirnya buku ini saya baca ulang sekedar untuk merefresh otak. Dan berharap mendapatkan pembenaran-pembenaran kecil dari yang selama ini saya yakini.

Oke buku ini ditulis oleh Barry Feig, dia adalah seorang marketing strategist yang cukup sukses meng-handle beberapa brand seperti American Express, First Brands, Colgate-Palmolive, American Cyanamid, dan Pepsico.

Dalam pengalamannya menghadle brand tersebut dia mengulas mengenai "pintu" apa saja yang bisa diketuk marketer untuk mendapatkan perhatian konsumennya. Klo dihubungkan dengan teori lama tentang AIDA (attention, interest, desire, action) dalam buku ini menyampaikan 16 Hot Button kebutuhan psikologis yang bisa menyenggol di batasan interest dan desire konsumen.

Oke the buttons is :
#1 Desire for control
#2 I'm better than you
#3 Excitement for discovery
#4 Revaluing
#5 Family values
#6 Desire to belong
#7 Fun (is it's own reward)
#8 Poverty of time
#9 Desire to get the best
#10 Self-achievement
#11 Sex, Love, Romance
#12 Nurturing response
#13 Re-inventing one-self
#14 Make me smarter
#15 Power, Dominance, Influence
#16 Wish fulfillment

Beberapa aspek dalam buku Hot Button ini mungkin overlapping in a way, tapi dibedakan juga satu-persatu untuk alesan yang lebih tepat. Mungkin menurut saya agar tidak adanya generalisasi alias pukul rata. Bagusnya Hot Button tersebut cukup applicable melewati batas budaya dan karakteristik di negara manapun, karena ini menyangkut basic human desire.
Human desire mungkin tidak bisa digeneralisasi dengan 16 faktor diatas saja, itu berarti kemungkinan untuk mengeksplore celah-celah menuju perhatian konsumen itu tanpa batas, seluas dan sekompleks dimensi psikologis manusia.

Gagasan Barry Feig ini bisa dijadikan inspirasi untuk memformulasikan strategi marketing, yang lebih tepat sasaran. Sekarang tinggal pilih tombol mana yang akan digunakan untuk mendekati serta mempengaruhi konsumen dan calon konsumen. Disesuaikan pula dengan karakteristik produk yang diusung, serta channel komunikasi mana yang akan dipilih.

Thursday, March 18, 2010

Queen Be case study.


Tiba-tiba dapet kiriman link dari temen di agency lain ni, ngebahas strategi salah satu kliennya dalam melaksanakan campaign. Social media digunakan sebagai salah satu media untuk create buzz. Selamat Menikmati!!!

Wednesday, March 17, 2010

Twitter Need More Space

waww!!! disaat saya lagi menulis tentang twitter partners, ternyata pas saya buka twitter ada notification seperti ini.

Saya jadi berpikir apakah team twitter tidak memprediksi akan booming seperti sekarang, sehingga mereka tidak mempersiapkan server yang cukup besar untuk menampung twitt dari para user. Jadi ingat kejadian dengan Facebook dulu dimana Mark (founder FB) juga tidak memperkirakan Facebook menjadi booming seperti sekarang ini. Dimana Mark dan teamnya ditekan oleh shareholder untuk memperbaiki infrastruktur untuk dapat menampung para user FB. Mungkin saatnya team twitter mempersiapkan space yang lebih besar lagi, karena melihat dari perkembangannya social media akan masih bertahan beberapa tahun kedepan.

Twitter PR Agency


Kalau dulu bermunculan istilah-istilah baru seperti media specialist, activation agency, PR agency, mobile agency, interactive agency, skarang muncul Twitter PR Agency! Waw!

Twitter Partners, merupakan perusahaan yang didirikan sebagai konsultan yang menyediakan layanan aplikasi, tools, dan layanan lainnya untuk bergerak diatas platform twitter. Memungkinkan brand, perusahaan dan selebriti menelusuri dunia twitter.

Pendiri twitter partners ini adalah Peter Read, layanan yang diberikan oleh mereka yaitu seperti buzz monitoring, corporate reputation management, customer insight dan feedback, FGD virtual, sampai e-commerce.

Saat ini twitter partners sedang menangani beberapa klien seperti universal, paramount, virgin dan lionsgate.

Dengan mengamati perkembangan social media, internet dan perilaku konsumen. Banyak sekali peluang bisnis di industri PR, Advertising, Social media dan lainnya. Mungkin benar seperti kata seorang teman 2 tahun yang lalu industri creative, advertising, PR akan semakin susah dibedakan semua blend menjadi satu. Dan industri ini ber-evolusi besar-besaran yang di-drive oleh perkembangan teknologi.

Saya jadi ingat ketika pertama kali saya bergabung di twitter, dengan alasan saya pada saat membuat account facebook yaitu untuk mengeksplorasi media yang bisa dipakai buat promosi. 90% orang yang ada di twitter berusaha untuk menjual sesuatu ke twintah-twintah yang lain, mungkin juga ada yang beralasan hanya untuk networking. Namun in the end mereka akan promosi dan menjual sesuatu entah itu produk, brand atau diri mereka sendiri sebagai profesional mungkin.

Friday, March 12, 2010

Impulsif

Ya itu kata-kata yang pas untuk menggambarkan kondisi saya saat ini, mungkin karena tempo hari diajakin teman kantor jalan ke AJBS home furnishing. Ngeliat beberapa perabotan dan gaya desain arsitektur interior, cukup amaze ngeliat barang-barang yang disana. Akhirnya bermimpi punya rumah gaya seperti ini urban street look dan bisa dipake buat galery.




Saturday, February 27, 2010

Pendewasaan

Memang benar kedewasaan seseorang didapatkan dari pengalaman hidupnya, rintangan, tantangan serta harapan yang dialaminya. Membantu membentuk pola pikir, sudut pandang dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.

Termasuk juga perusahaan yang beranjak dewasa bersama karyawannya. Dimana dulu mereka merangkak bersama untuk mencapai tujuan yang mereka elu-elukan, semangat kebersamaan yang kental satu dengan lainnya. Disaat perusahaan semakin dewasa ditandai dengan billing yang tinggi dan internal yang semakin banyak. Disitulah sebuah sistem dibentuk berdasarkan kedewasaan berpikir akan kendala serta tantangan yang mereka hadapi sebelumnya. Namun sistem tersebut malah menimbulkan rejection dari internal mereka sendiri, ketidak cocokan antara karyawan dengan sistem. Dilema yang besar dihadapi sebuah perusahaan, yang seharusnya semua dapat diatur dengan sistem organisasi serta SOP yang jelas dan dimaksudkan membuat semuanya menjadi lebih baik dan teratur.

Apa yang mebuat rejection terjadi? padahal mereka tumbuh dewasa bersama-sama untuk mencapai mimpi yang sama. Tidur, makan dan bekerja mereka lakukan bersama. Kenapa pendewasaan tersebut tidak sama levelnya apa yang membuat pola pikir dan sudut pandang tersebut berbeda?
Kata HRD manager ternama di perusahaan Advertising Multinasional sebut saja Rani, pernah ngobrol klo
"... penolakan itu mungkin saja terjadi dikarenakan kita kurang komunikasi satu dengan lainnya yan, dulu disaat kita kecil kita komunikasi lebih enak semua bisa dikompromikan. Tapi disaat kita dewasa semuanya menjadi lebih egois dan berpikir dari sudut pandang mereka sendiri. Perusahaan berpikir tentang profit... profit dan profit.... karyawan berpikir kita kerja diperas begini tapi yang di dapat begitu saja.... dan kita semua jadinya jarang komunikasi satu dan lainnya termasuk antara karyawan sekalipun, dah jarang hang out bareng kaya dulu lagi.
Semua menjadi lebih egois yan, padahal apa yang mereka pikirkan berada dimimpi yang sama disaat kita anak2 berada di lini yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda sama sekali...."

Egois hmm apa memang benar kata egois yang dapat me-representative-kan keadaan itu? apa tidak ada faktor2 lain yang membuat kedewasaan mereka berbeda?

Mungkin yang dapat menyelesaikan dilema ini hanya masalah komunikasi satu dan lainnya, kebersamaan mencapai mimpi dari persepsi yang sama dan pendewasaan yang sama.
Menjaga komunikasi antara satu dan lainnya membuat kita dewasa bersama-sama secara sudut pandang dan persepsi. Dan tetap fokus pada mimpi yang akan kita raih sejak kecil.

mari ngobrol kawan-kawan....

Leo Burnett Human Kind


pas browsing youtube tiba2 nemuin ini ni.

Video yang diputar di masa orientasi karyawan baru di Leo Burnett, Bagaimana Leo Burnett memahami perubahan industri dan perilaku dari manusia sebagai target market klien2 mereka. selamat menikmati.

Sunday, February 21, 2010

Social media dan opini.


Facebook, twitter dan social media lainnya memang sedang naik daun, tak sedikit orang yang bermain di social media. Dimana-mana orang memegang henpon dan tak ada satupun yang tidak terkonek dengan sosial media ini. Tanpa sadar landskape perilaku konsumen dan marketing pun berubah, banyak brand besar mulai memasuki sosial media sebagai channel baru untuk berinteraksi dengan audience-nya.

Mahasiswa S1,S2 dan S3 melihat fenomena ini, banyak yang ingin mengangkatnya sebagai judul tesis mereka. Melihat perkembangan media yang mampu men-drive sebagian besar perilaku masyarakat, salah satu hal yang cukup menarik untuk diulas dan diperhatikan.

Apa ya yang kira-kira dilakukan oleh dosen komunikasi atau dosen marketing, jika mahasiswa mereka mengajukan social media sebagai judul tesis?. Coba dengan judul tesis seperti ini "menguatkan brand equity produk A dengan memanfaatkan social media sebagai salah satu strategi." mungkin banyak dosen yang berkomentar, "emang kamu punya bahannya?" atau "emang ada buku literatur yang membahas tentang social media." Dan akhirnya judul tersebut ditolak dengan alasan literatur yang tidak cukup.

Tapi sebenarnya apakah benar literatur dan refrensi yang tidak cukup? Bukannya di google cukup banyak refrensi yang bisa kita sertakan dalam tesis itu, namun permasalahan yang paling mendasar apakah dosen sebagai target audience dari tesis itu memahami social media dan kinerjanya. Atau mungkin benar-benar tidak ada literatur yang cukup membahas tentang social media.

Kurikulum pendidikan kita tidak memungkinkan menggunakan wikipedia, google atau internet sebagai landasan literatur atau refrensi, kurikulum kita mengharuskan menggunakan literatur cetak yang ada dalam penyusunan tesis atau skripsi. Dimana literatur cetak yang membahas tentang social media atau internet marketing tidak terlalu banyak, walaupun social media sedang hip di masyarakat kita.

Social media memang sedang booming dan hip di berbagai golongan masyarakat, banyak orang yang menggunakannya entah sekadar menambah networking atau digunakan sebagai salah satu strategi marketing. Namun hal tersebut masih bersifat opini di sebagian masyarakat kita, mungkin dosen dan termasuk salah satu klien kita. Bagi mereka social media hanya sebatas mainan yang menghabiskan waktu kerja saja dan membuat kinerja mereka jadi tidak produktif.

Tugas kita sebagai praktisi bisnis di bidang komunikasi, marketing dan mahasiswa serta masyarakat yang menggunakan social media. Untuk mampu meng-influence dosen, klien serta golongan lain.
Bahwa social media merupakan channel baru yang mampu merubah perilaku konsumen dalam mengkonsumsi media dan berinteraksi dengan Brand tertentu.

Wednesday, February 17, 2010

Personal Branding In Social Media

Tiba-tiba ditodong suruh ngajar tentang personal branding di John Robert Power, akhirnya dengan waktu 3 jam jadilah ppt ini.
Selamat menikmati!

Blog yang berdebu.

Hai kawan,
sudah lama tak melihat dan bergumul denganmu.
Entah ini sebagai alasan yang dibuat-buat atau memang begitu adanya, semenjak maraknya sosial media. Menulis di blog, blog surfing menjadi kurang menyenangkan ada hal lain yang lebih menarik untuk diintip dan diikuti perkembangannya. Sebut aja facebook, twitter dan yang terakhir google buzz mainan baru yang masih membutuhkan perhatian lebih sehari-harinya.

Menulis lebih banyak di notes Facebook, penetrasi berita lebih cepat via twitter dan Facebook. Sedangkan blog hanya terkesan satu arah, walaupun ada kolom komen. Namun tidak cukup dibandingkan kecepatan spreading dari Facebook dan Twitter. Mungkin saya saja yang terlalu kuno sehingga tidak mengikuti perkembangan dunia blogspot.

Jika saya bandingkan dengan orang terkenal yang cukup saya kenal, (lagi-lagi pembelaan) semenjak adanya FB dan twitter mereka jadi jarang menulis sesuatu di Blog mereka. Kegiatan menulis di blog drastis berubah menjadi tulisan status ringan di FB atau di Notes, belum lagi komentar-komentar mereka terhadap sesuatu dilontarkan via twitter.
Ke-asik-an menulis di blog lama-lama tergerus sama seperti era friendster yang makin lama ditinggalkan usernya dan beralih ke Facebook, menurut pandangan saya lho.

Tapi memang tidak adil membandingkan blog dengan social media seperti Facebook dan Twitter.

Jadi saya rasa kegiatan nge-Blog, nge-Facebook, nge-Twitter, nge-Kaskus dan nge-Macclub harus berjalan seiringan dan pararel.

well, selamat datang kembali "freakysme", kata moderator blogspot.


Sunday, February 14, 2010

Disaat majority sebagai pengarah opini.

Akhir-akhir ini cukup banyak komunitas baru bermunculan beserta seabrek kegiatan dan rutinitasnya. Komunitas bukan hal yang baru bermunculan setahun atau dua tahun terakhir ini, bahkan komunitas telah ada puluhan tahun yang lalu disaat Brand Harley Davidson mulai beranjak naik dan digilai penggunanya. Lambat laun mereka mulai membentuk kesukuan dimana bahasa kerennya "Tribes", komunitas ekslusif yang membedakan mereka dengan lainnya dengan beragam atributnya. Sedikit demi sedikit mereka mulai menarik anggota baru dan mempengaruhi opini pecinta/pengendara dan masyarakat awam tentang Harley Davidson. Dan akhirnya setiap orang ingin memiliki dan mengendarai Harley Davidson.

Oke sekarang kita lihat fenomena yang satu ini.
Bersepeda sebenernya bukan olah raga baru di Indonesia, tapi entah kenapa 2 tahun terakhir menjadi cukup booming hingga ada kampanye "bike to work". Dimana-mana orang mulai membicarakan sepeda, sepeda dan sepeda. Antara satu orang dan lainnya saling mempengaruhi untuk bersepeda atau membeli sepeda, dengan alasan hidup sehat Go Green dan sejuta alasan lainnya. Komunitas sepeda pun mulai banyak bermunculan salah satunya yang saya tahu bikeberry, komunitas pengguna sepeda serta pengguna blackberry yang blend menjadi satu. Namun klo kita tinjau ulang sepeda ini hanya salah satu trend lifestyle yang sedang hip saja. Mereka membeli sepeda dengan alasan untuk olah raga atau hidup sehat, namun alasan yang tidak mereka sadari atau mereka tidak mau mengakui, adalah inginnya mereka diakui pada sebuah komunitas tertentu.


Kekuatan mempengaruhi orang dengan opini yang bersifat majority, sedikit demi sedikit mulai men-drive opini orang yang minority. Seperti kemarin tiba-tiba teman menelepon dan bertanya-tanya tentang sepeda dan speknya, ternyata di akhir pembicaraan dia ingin membeli sepeda dan pingin join untuk bersepeda. Disadari atau tidak sepeda telah menjadi bagian dari lifestyle, yang bermula dari obrolan beberapa orang saja dan telah menjadi virus. Jadi inget buku Tipping Point yang membahas tentang 3 karakter manusia yaitu maven, connector dan salesman, yang mampu membuat sesuatu menjadi trend. Atau seperti kata atasan saya dia sering berbicara mengenai "Weapon of Influence", sebuah ilmu atau senjata untuk meng-influence orang lain disadari atau tanpa disadari.

Nah sebenernya apa saja poin yang mempengaruhi sepeda menjadi trend, siapa yang mengklaim sepeda menjadi salah satu trend?
Apakah memang manusia suka berkumpul dan bersosialisasi, atau memang ini salah satu strategi marketing yang disebut "community marketing" yang tanpa kita sadari. Atau memang benar-benar memang hanya untuk berolahraga.